Mon. Oct 7th, 2024

Keluarga Edan Gila Sex Ibu Macam Perek Jalanan, Anaknya Kayak Lonte Binal Gila Kontol Part 5.“Karnia… Kamu ngapain sih lama-lama dikamar Kak Ciello….?” Seru Clara sambil melepas bra merah yang ia kenakan lalu melemparnya ke keranjang baju kotor di sudut kamar. Membiarkan payudaranya yang bulat besar meloncat turun dan bergoyang seiring gerak tubuh sintalnya. “Kamu nggak takut apa kalo dia ngisengin kamu…?”

“Hihihi… Aku habis photo kontol dia… Mau liat gak…?” Tanya Karnia sambil memamerkan gambar penis Ciello di layar handphonenya.

“Ihhhhssss…. Ngapain amat…. ” Tolak Clara yang mengelap payudaranya dengan tissu basah. Membersihkan kulit mulus payudaranya dari cipratan sperma kakaknya.

“Loohh… Liat dulu dong… Ini kontol special loh…”

“Apanya yang special…? Semua titit mah biasa ajaahh….” jawab Clara yang kemudian melepas roknya dan juga melempar ke keranjang baju kotor di sudut kamar, dan mengambil handphone Karnia. Lalu dengan hanya mengenakan celana dalam, Clara ia melempar tubuhnya keatas dipan empuknya, membuat payudara besarnya lagi-lagi bergoyang-goyang bebas.

 “Hihihi… Kamu pasti jarang ya liat kontol cowok…. Kontol kakakmu tuh beda tauuukkk…” Jelas Karnia yang juga ikut-ikutan melepas baju beserta rok seragam sekolahnya dan melemparnya ke keranjang kotor, menyisakan bra dan celana dalam serasi berwarna hijau. Kemudian ia mengikuti Clara, segera merebahkan tubuh langsingnya disamping Clara.

“Nggg…. Emang bedanya apa ya…. ?” Jawab Clara bingung dengan maksud Karnia.

“Hhhh… Dasar adik nggak perhatian….Nih liat… Kontol Kak Ciello tuh beda ama kontol cowo seusianya…. Liat deh ukurannya batangnya… Besar kepalanya… Guratan uratnya… Beda Clara…” Jawab Karnia yang terus-terusan menslide gambar penis Ciello di handphonenya ke depan wajah Clara.

“Masa sih…? Bukannya titit cowok semua sama ya…?” Heran Clara.

“Hhhhh… Kalo titit emang iya… Tapi ini kontol Clara… Kontol…. ” Gemas Karnia, “Titit mah buat bayi… Ini KONTOL….”

“Ihhhhsss…. Karnia…. Kata-katamu vulgar banget deh…. “

“Halah… cuman berkata kontol aja kok vulgar… “Ucap Karnia membela diri, “Kamu tuh vulgar… Dirumah cuman pake kancut doang… Tetek diumbar kemana-mana….” Tambah Karnia sambil menggoyang-goyang payudara besar Clara yang masih tiduran disampingnya.

“Emang…. Apa sih bedanya…? Kayaknya nggak ada yang spesial deh…?” Jawab Clara sambil memutar-mutar handphone Karnia yang berada di tangannya. Tak mempedulikan tangan jahil Karnia yang masih terus-terusan mengusel-usel payudaranya.

“Nihhh… Coba… Liat nih…” Jawab Karnia lagi sambil mengambil handphone dari tangan Clara dan memperlihatkan koleksi photonya, “Ini kontol Jaka, ini kontol Ryan, ini kontol Erwin, ini kontol Hendrik, ini kontol Ifan… Ini kontol Dedy…. Beda khaaaan….?”

“Iiihhhssss… ” Seru Clara sambil merebut kembali handphone Karnia dari tangannya. “Photo-photo titit itu… Semua titit cowokmu ya…?”

“Kontol Clara… Kontol… Bukan titit…”

“Hihihi iya… Kontol…” Ucap Clara ,”Nggak enak banget ngedengernya yak.. ? Kontol… ? Hihihi….”

“Naaaah… Gitu dong… Khan aku enak ngedengernya…”

“Heeeh Panjul… Kamu belom jawab pertanyaan Clara… “

“Eeh iyaa……. Nggak-nggak… Bukan… Mereka semua tuh sudah jadi mantaaan kok…. Hihihihi….” Jawab Karnia cuek sambil terus menslide gambar-gambar penis di handphone yang ada di tangan claranya.

“Kok kamu punya banyak sekali gambar titit mereka….?”

“Kontol…” Ralat Karnia.

“Eh iya… Kontol… ” Sahut Clara.

“Emangnya… cuman cowo yang boleh koleksi gambar-gambar jorok…?” Sewot Karnia, “Tuh liat… Wuiih… Rambut kontol kakak lo lebat juga yak…? Pasti asem bauknya… Hmmm….”

“Ya tapi khan kamu cewek… Cewek harusnya nggak semesum cowok dong….” Kata Clara yang mulai memperhatikan gambar penis kakaknya.

“Biarin ajalah… Yang penting aku nggak ngerepotin siapa pun…. Hihihi….” Bela Karnia, “Tuuuh liat Clara… Uratnya juga tebal-tebal loohh…. Emang kamu nggak pernah penasaran buat megang tuh kontol…? “

“Iiiiiihhhss… Buat apaan…? Ngeliat aja udah geli… Apalagi megang…. Bisa kesenengan tuh monyet buntung…” Sewot Clara, ” Udah-udah… Jangan ngebahas titit dia… Clara udah sering kok ngeliatnya…”

“Kontol Claraaa… Konttoooollll…..” Ralat Karnia lagi.

“Iya deh iya.. Kontooollll…. Puas…?”

“Hihihi…. Naaah…. Barang segedhe ini mah harusnya kamu sebut kontol…”

“Iyeee… Ini juga Clara udah bilang kontol…”

“Bagus bagus bagus… Eh… Kamu juga harus liat ini doooonngg… Kepala kontol besar kak Ciello yang baru aja muncratin pejuh…. Busyeet… Merah bengkak Clara… Hihihi….” Ucap Karnia kagum sambil kembali menunjukkan gambar penis Ciello pada Clara. “Sumpah… Ini besar banget loh… Ya khaan…?”

“Nnggg… Iya sih… Kayaknya besar….” Ucap Clara mengiyakan.

“Bukan kayaknya Claraaa……. Ini memang besar… Besar banget Sayaaaang…. ” Ucap Karnia yang terus-terusan menzoom beberapa gambar penis Ciello lainnya, “Kebayang nggak kalo kontol itu nusuk-nusuk memek kamu yang mungil ini…?” Tanya Karnia yang tiba-tiba memindahkan tangannya dari payudara ke vagina Clara, “Kebayang nggak…? Kontol besar punya kakakmu ini…. Menggelitik itilmu…. Ngegaruk-garuk dinding memekmu… Wuuuiihh… Pasti rasanya cenut-cenut tuh….Hihihi….” Tambah Karnia sembari mengusap vagina Clara dari luar celana dalam. Membuat tubuh Clara seketika merinding.

“Iiihh… Amit-amit dah… ” Seru Clara sambil mengembalikan handphone Karnia tanpa menepis tangan Karnia di vaginanya.

“Coba bayangin dulu Sayang…. Bayangin kalo kontol kakakmu itu menembusi setiap inchi lipatan lubang memekmu… Menembus jauh hingga menyentuh liang peranakanmu… Hingga rahim… ” Goda Karnia sambil mulai menyelipkan jemari tangannya ke sela-sela celana dalam Clara, berusaha menyusupkan jemarinya lebih jauh kedalam liang vagina sepupunya,” Ooohh… Pasti enak banget tuh…”

“Nggg…. Masa sih…?” Tanya Clara menatap wajah Karnia, “Emang…? Seenak apa…?”

“Enak banget lah….Hihihi… ” jawab Karnia tersenyum, “Mau aku kasih unjuk…?” Tambah gadis manis itu sambil mengoreki vagina Clara yang mulai melembab.

“Kasih unjuk buat ngerasain nikmatnya memek disodok-sodok…” Ucap Karnia.

“Lah…? Kamu khan cewek… Gimana cara nyodoknya….?” Heran Clara.

“Hihihi… Pake dildolah….”

“Iiiihhsss… Gilaak… Nggak ah… Nggak usah….” Tolak Clara sambil menepis tangan Karnia pelan, “Ntar ilang perawan Clara….”

“Hihihi… Ya kalo nggak mau ilang… Dikobel-kobel aja Sayang…” Ucap Karnia memberi ide, tak mengindahkan tepisan tangan Clara sebelumnya. “Dikobel juga masih bisa ngerasain enak kok… Hihihi…” Tambahnya lagi. Jemari lentiknya kemudian mulai mengusap tonjolan klitoris Clara yang semakin mengeras.

“Uuuuhh… Karnia…” Lenguh Clara sambil merem melek, mencoba merasakan kenikmatan usapan jemari sepupunya pada liang vaginanya yang semakin becek.

“Enak khaan….?” Tanya Karnia lembut yang secara tiba-tiba mengecup payudara bulat Clara.

“Eeehmmm….. Sssshhh…. ” Desar Clara lagi.

Melihat sepupunya itu mulai tergiring dalam kenikmatan, membuat Karnia makin berani. Ia mulai menusukkan jemari tangannya ke dalam celah kewanitaan Clara.

“Uuuuhh… Karnia… ” Rintih Clara.

“Yaaa…? ” Jawab Karni pelan sembari terus mengecupi payudara Clara pelan sembari mulai menjilati puting merah muda sepupunya, “Coba bayangin… Jari aku tuh kontol kakakmu Sayang…”

“Sssh…. Aaaaaahhh… Enak…. ” Desah Clara, “Ehhhmmm…. Kontol Kak Ciello…. Eh….Udah-udah…. Stop…” Seru Clara tiba-tiba panik, dan buru-buru menepis tangan Karnia.

CLARA

“Loh…? Kenapa Sayang…?”

“Udah-udah… Ntar Clara malah beneran kepingin….”

“Hihihi… Ya nggak apa-apa….” Jawab Karnia yang kemudian menyingkirkan tangannya dari vagina Clara dan mempermainkan jemarinya seperti kaki berjalan. Melangkah pelan kearah payudara sepupunya, “Atau kalo nggak… Coba bayangin tuh kontol… Dikocok pake tetek besarmu ini…

“Kontol dikocok pake tetek…?” Heran Clara

“Iya… Enak loh… Trus abis gitu… Dimuncratin di sini…?” Goda karna yang kemudian memutar-mutar jemarinya di sekitaran puting merah muda Clara.

“Iiiihh… Karnia… Geli aaah….”

“Kalo kena pejuh… Pasti kulit tetekmu ini bakalan lebih kenceng lagi….”

“Aaaahhss…. Teori itu maaah…”

“Laahh.. Nggak percaya… Ini buktinya… Liat… Tetek aku kenceng khan….?” Ucap Karnia sambil memamerkan kedua payudaranya yang masih terbungkus bra. Mengkilap mulus.

“Emang itu akibat sering kamu kasih pejuh ya…?” Tanya Clara.

“Yup… ” Ucap Karnia sambil mengangguk pasti, “Dan liat… Makin keliatan besar khan…?”

“Hhmm… Iya sih… Tapi masa itu gara-gara dilulurin pejuh sih…?”

“Hihihi…. Makanya… Coba deh… Kalo tetek kamu ini kamu kasih pejuh… Pasti bakalan makin besar lagi…” Jelas Karnia sambil meremasi payudara Clara dengan kedua tangannya.

“Ssssh… Udah-udah… Kok sekarang malah ngomongin tetek Clara sih… Udah ….Geli Karniaaa…” Seru Clara sambil menepis tangan sepupunya dan buru-buru bangkit dari tempat tidurnya.

“Hihihihi… Tapi enak khaaan….?” Goda Karnia.

“Iiiihhhsss… Udah udah… Kita makan dulu yuk… Perut Clara udah laper nih… ” Selak Clara berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia lalu mengenakan kaos tipis dan kembali duduk di tepi tempat tidur.

“Kamu harusnya bersyukur Clara… Punya saudara berkontol besar gitu…” Ucap Karnia sambil tersenyum manis. Senyum yang entah kenapa, selalu menenangkan hati Clara.

“Emang kenapa…?” Tanya Clara.

“Hihihihi… Ya enak aja…”

“Emangnya titit… Eh… Kontol Om Joko…? Farhan…? Zaki…? Billy…?”

“Aah kontol mereka mah standar… ” Potong Karnia cepat. “Kontol mereka mah ga sebesar kontol-kontol keluargamu….”

“Haaaah…? Kontol-kontol keluargaku…?” Heran Clara, “Hhmmm….Emang selain kontol Kak Ciello… Kamu udah liat kontol siapa lagi… ?” Tanya Clara penasaran.

“Hehehe… Ada deeeh…. ” Jawab Karnia jual mahal sambil memeluk guling, berusaha menyembunyikan wajahnya dari tatapan penuh tanda tanya Clara.

“Iiiihhs… Karnia… Kamu udah liat kontol siapa lagi…?” Seru Clara yang kemudian menangkap tubuh Karnia dan berusaha mengambil paksa guling yang sedang dipeluk sepupunya.

“Hihihihi… Aku udah pernah liat…. Hmmmm… Ada deeeh… Hihihihi…”

“Karniaaaa…” Jerit Clara kencang sambil mulai menggelitik pinggang sepupunya.

“Hihihihi… Aku udah pernah liat….. Kontol Papa kamu…”

“Kontol papa aku….?” ulang Clara, “HAAAH… Kontol Papa Mike…? Serius…?” Tanya Clara yang kemudian kembali tiduran di samping tubuh Karnia.

“Hihihi….” Jawab Karnia sambil mengangguk dan tersenyum lebar.

“Kok bisa…? Kapan…? Dimana…? Gedhe nggak…? Gimana bentuknya…?”

“Wuih wuih wuih… Satu satu nanyanya Sayang… ” Sela Karnia, “Kamu sepertinya pengen tahu banget ama kontol Papamu…?”

“Eeh.. Nngg… Clara khan cuman penasaran….”

“Penasaran apa…?”

“Ya penasaran aja ama kontol Papa…?”

“Penasaran gimana rasanya kalo tuh kontol ngaduk-aduk memek perawan kamu ya…? Hihihi….”

“Iiiihh….. Karnia… Becanda mulu deeeh….”

“Hihihihi…. Malahan… ” Tiba-tiba, Karnia memutus kalimatnya, “Eh… Kamu jangan marah ya…”

“Ngg… Marah kenapa..?” Tanya Clara.

“Aku….Bukan… Cuman pernah liat kontol Papa kamu loh…”

“Haaa….?”

“Iya… Aku juga udah pernah megang juga… Hihihi…”

“Se..Ri….Us….?”

Lagi-lagi, Karnia tersenyum lebar , “Iya… Nggak cuman itu aja loh….”

“Haah… Trus….? Kamu pernah ngapain lagi Karnia…?”

“Aku juga…. Mmmmm… Udah pernaaaah…”

“Cielloo…… Clara…. Mama pulaaang…. ” Seru Citra dari arah ruang tamu. Mengagetkan percakapan kedua gadis cantik itu.

“Itu seperti suara Mama kamu Say…?” Celetuk Karnia, “Sepertinya mereka sudah pulang….”

“Anak-anaaak… Papa juga pulaang…. ” Timpal Mike, “Cieloooo…. Claraaaa….. Ayo turun gih…. Papa bawa banyak oleh-oleh nih… Ayo sini….”

“Bener… Itu suara Papa Mike tuh Claara… Udah ya… Ceritanya disambung nanti lagi…. ” Ucap Karnia yang buru-buru bangun dari tiduran di kasur Clara dan mengambil kaos Clara di lemari.

“Eeeeh… Karnia… Gimana ceritanya…?”

“Hihihi… Nanti ya… Habis kita makan malam…” Ucap Karnia sambil mengenakan baju Clara lalu beranjak keluar kamar.

“Karniaaa…. Tungguuuu…. ” Seru Clara ,”Kamu harus ceritain semuanya…. Men… de..ta…il…”

“Hihihi… Iya nanti aja yaaa…”

“Ciello….Clara…?” Panggil Citra lagi.

“Yuk kita kebawah dulu…” Seru Karnia sambil menggandeng tangan Clara dan buru-buru mengajak sepupu cantiknya itu segera turun.

GLUDUK GLUDUK GLUUDUUKK.. GLUDUK GLUDUK GLUDUK GLUDUK…..

Suara langkah kaki Clara dan Karnia terdengar bergemuruh, seiring langkah kaki yang berlarian turun.

“Paaaapaaaaa……. ” Teriak Clara yang tiba-tiba meloncat ke gendongan Mike sembari mengecupi pipi ayahnya.

“HUUP…. Huiihh… Anak Papa ini makin berat aja ya…?” Ucap Mike membalas menciumi pipi Clara.

“Papaaa….. Papa pulangnya kok malem banget sih…?” Rajuk Clara sambil kembali memeluk tubuh kekar Mike erat. Membuat payudara tanpa branya yang bulat, terhimpit nyaman didada Mike.

“Hehehe… Kangen ya….?” Ucap Mike yang juga semakin kuat meremas pantat semok Clara.

“Hmmm… Dikit sih…. Hihihi…”

“Iya Sayang…. Tadi Mama ngasih surprise dulu…. Trus setelah itu Mama ngajak makan malem…. “Jelas Mike, “Jadinya ya gini…. Sampe rumahnya agak malem….”

“Hmmm… Surprise….?” Tanya Clara sambil melirik ke arah Citra, “Iiihhh… Mama iiihhhh… Bajunya seksi banget….” Protes Clara.

“Eh… Kenapa emangnya Sayang…?” Bingung Citra.

“Pasti tadi Mama ama Papa mampir hotel buat BEGITUAN ya…?”

“Loohh.. Sayang….? Kok mikirnya gitu…?” Tanya Citra sambil melirik kearah Mike.

“Iyalah… Mama pake baju seksi…. Trus nggak ngajak Clara…. Trus pulangnya malem…. Pasti tadi kalian berdua abis ngapa-ngapain khan…? Hayo jujuuuurr…….”

“Hahahahaha…. Clara-Clara…. Kamu tuh ya… Kaya detektif aja…” Celetuk Mike sambil menurunkan tubuh Clara dari gendongannya.

“Iya nih Clara…. Khan tadi waktu Mama berangkat…. Kamu tadi masih belum pulang sekolah Sayang…. ” Citra beralasan.

“Yah.. Mamaa… Coba Mama nunggu bentaran… Khan Clara bisa ngikut…. Clara tau kok tadi mama berangkatnya buru-buru…. “

“Hah….? Clara tahu keberangkatanku…?” Batin Citra sambil melirik lagi kearah Mike, jangan-jangan dia tahu kejadian mesum sore tadi ketika aku bersama kakaknya…? Aahh… Nggak… Dia nggak tahu….”

“Ya khan Ma….? Mama tadi jalannya buru-buru….” Tanya Clara lagi.

“Hihihihi… Iya iya Sayang…. Maaf ya… Lain kali Mama bakal nungguin kamu deh…. Hihihihi…”

“Yaudah…. Jangan ngambek gitu ah…. Ini… Papa udah bawa oleh-oleh kesukaanmu Sayang…. Buka gih… Papa harap kamu suka….” Ucap Mike sembari menyodorkan sekotak martabak keju dan beberapa kantung belanja kearah Clara. Lalu sebelum Mike beranjak ke arah kamar tidurnya, ia dikagetkan dengan sesosok wanita yang berdiri di ujung tangga sambil tersenyum lebar.

“Eh… Ada Karnia toh…. ” Seru Mike, “Sini Sayang… Jangan berdiri dipojokan gitu ahh…”

“Malem Ommm….Oleh-oleh Karnia mana….?” Tanya sepupu Clara ini sambil berjalan mendekat dengan wajahnya tersenyum dan menatap mata Mike tajam penuh arti.

Melihat tatapan Karnia, hati Mike tiba-tiba berdebar. Pikirannya melayang ke beberapa saat lalu. Saat dimana kepala Karnia sedang naik turun diselangkangannya. Sibuk mengoral penis jumbonya sebelum ia masuk sekolah.

“Hahahaha…. Sini-sini Sayang…. CUUUPP….” Kecup Mike kearah pipi Karnia sambil memeluk tubuh ramping keponakannya erat-erat, “Om nggak tahu kalo kamu ada disini… Yaudah… Ini aja ya oleh-olehnya….” Tambah Mike yang kemudian menyerahkan sekotak makanan pada Karnia.

“Hehehe… Karnia cuman becanda aja kok om…. Tapi… Makasih ya Ooomm…”

“Loh Sayang…? Si Ciello mana…? Kok nggak keliatan…?” Tanya Mike

“Eeh… Iya ya….?” Bingung Citra.

“Si Monyet Buntung itu sudah tidur Pa…. ” Ujar Clara singkat.

“Monyet Buntung…? ” Tanya Citra.

“Iya…. Kak Ciello… Dia pasti kecapekan Ma…”

“Kecapekan….?” Tanya Mike

“Mungkin tadi dia kebanyakan olahraga Sayang….” Jelas Citra.

“Huuhh… Olahraga….? Olahraga apaan….? Olahraga kont…..” Clara tak meneruskan kalimatnya, ia lalu melahap martabak favoritnya. “AHEM…. Udah ah… Clara mau ngehabisin martabaknya di teras depan ajalah … Yuk Karn….”

“Eeh iya… Permisi Om… Tante….”

“Hmm… Oke…. “Jawab Mike, “Jangan banyak-banyak makannya ya Sayang…. Ntar gendut loh…”

“Iiiiiihhhsss… Papa…. Kok ngedoain aku gendut sih….” Omel Clara dari depan teras.

“Hahahahaha…..”

“Yaudah deh… Kalo gitu… Adek keatas dulu ya Mas… Mau ngelihat Ciello….” Ucap Citra lirih sambil mengusap rambut suaminya.

“Iya Dek…. Mas mandi dulu aja deh kalo gitu….”

Tanpa mengganti baju, Citra pun segera melangkahkan kakinya keatas, ke kamar Ciello.

Sesampainya dikamar Ciello, Citra mendapati kamarnya gelap, pengap, dengan bau sperma yang semerbak, memenuhi seluruh penjuru ruangan. Sejenak, Citra memicingkan mata, berusaha menyesuaikan diri dengan keremangan kamar.

“Duuuhh… Malasnya….” Ucap Citra begitu melangkah lebih jauh. Didalam kamar, baju-baju Ciello berserakan dilantai, tissu dan selimut berhamparan di sekeliling tempat tidur, layar laptopnya masih terbuka, dan Ciello teronggok di atas kasur dengan….

“Aastaga ini anaaak….” Kaget Citra begitu melihat Ciello yang terlelap dalam kondisi tanpa mengenakan pakaian sama sekali.

Sambil melangkah pelan, Citra lalu mendekat ketempat tidur Ciello. Mengambil selimut putranya yang ada di bawah tempat tidur lalu membentangkannya lebar-lebar.

“Ck…ck…ck…. Basah oleh pejuh….” Ucap Citra yang kemudian melempar selimut itu kesudut ruangan sebelum. Lalu ia mengambil selimut baru di dalam lemari Ciello.

PLUK PLUK PLUK….

Tiba-tiba, sebuah onggokan kain jatuh tepat didepan kakinya.

“Ya ampuuunnn…. Itu khan celana dalamku….?” Ucap Citra dalam hati sambil membungkukkan tubuhnya, mengambil celana mungil yang sudah keriput itu. “Pantes aja banyak celana dalamku yang hilang…. Dicari-cari juga nggak ketemu… Ternyata ada disini….”

Dengan seksama, Citra menatap ke arah celana dalamnya. “Kok kainnya agak keras ya…? ” Herannya sembari mengorek-ngorek kain celana dalamnya dan menghirup aromanya lekat-lekat. “Wah… Penuh pejuh kering…… Pasti Ciello menggunakan celana dalamku buat ngocok-kocok kontol besarnya… Iya… Pasti ini pejuh dia….”

Sejenak, Citra mencoba memperhatikan celana dalam yang ada di tangannya. Meraba melihat bekas sperma anaknya, meraba teksturnya, dan mengendusi aromanya.

“Hhhhhhhh… Sudahlah…. ” Ucap Citra sambil meletakkan kembali celana dalam keriputnya ke dalam lemari. Kesela-sela tumpukan baju.

PLUK PLUK PLUK.. PLUK PLUK…

Lagi-lagi, beberapa onggokan kain kembali jatuh. Turun dan berserakan di sekitar kaki Citra.

“Busyet… Banyak juga nih anak mengkoleksi celana dalam… ” Batin Citra dalam hati yang kemudian membungkukkan tubuhnya dan memunguti celana dalam itu.

“Tapi bentar… Ini sepertinya bukan celana dalamku…?” Heran Citra sambil memeriksa celana dalam yang juga sudah keriput itu, “Ini celana dalam Clara…”

“Ini juga… Ini lagi…. Kok banyak banget celana dalam Clara disini…?” Heran Citra, “Ck…ck…ck…. Ciello… Ciellooo….” Seru Citra yang kemudian meletakkan kembali koleksi celana dalam putranya ke tumpukan baju. Diambilnya selimut baru dari lemari dan dibentangkannya lebar-lebar.

Namun, ketika Citra akan menebar selimut ke atas tubuh putranya, sejenak, ia terdiam. Ibu muda itu menatap tubuh samar putranya yang terkena cahaya lampu jalanan lekat-lekat.

” Zzzzz… Zzzzz… Zzzzz…” Dengkur Ciello pelan.

“Ia sudah makin dewasa…” Ucap Citra dalam hati. “Tubuhnya mulai kekar, perutnya mengotak, lengannya besar, dan penisnya….

“Ooohh… Astaga… Kontol Ciello..” Lenguh Citra pelan, “Masih lemes aja udah segini besar…. Pasti ini kontol baru saja disiksa habis-habisan….” Tambah Citra yang kemudian kembali menyapu seluruh ruangan. ” Ciello pasti kecapekan onani sembari menonton film porno…”

CITRA

“Kontolnya terlihat begitu tenang…. Mengkilap… Dan berlumuran sperma…..” Batin Citra sembari terus mengamati penis putranya dari dekat. Melihat penis lemas putranya, birahi Citra entah kenapa mulai muncul.

Citra lalu membungkukkan tubuhnya, dan meraih batang penis Ciello yang masih tergolek lemas.

“Busyet… Kontol ini…. Berat juga ya…” Heran Citra sembari membolak balik penis Ciello.

Tiba-tiba, entah ide darimana, Citra lalu mendekatkan wajahnya kearah penis Ciello. Dan tanpa berpikir panjang, ia menjulurkan lidah dan menjilat ujung penis putranya.

“Asin… ” Ucap Citra lirih, “Kira-kira masih ada nggak ya pejuh Ciello…?”.

Perlahan, ia mulai mengurut penis lemas putranya. Pelan, pelan, pelan. Hingga penis itu lama kelamaan mulai menegang.

“Zzzzz… Zzzzz….. Uh Mama… ” Desah Ciello

Sekilas, Citra menghentikan gerakan tangannya dan melirik kearah putranya. Matanya masih terpejam, dan nafasnya masih teratur. “Rupanya, dia sedang bermimpi… ” Ucap Citra dalam hati

Kembali, tangan ibu muda itu mengurut penis putranya pelan.

Seolah mengerti maksud dan tujuan Citra, tak perlu waktu lama, penis Ciello pun kembali mengeras. Namun anehnya, walau penisnya sudah menegang sempurna, mata Ciello masih tetap terpejam.

“Ssshhh…. Ooohhh mama…” Seru ciello masih dalam tidur lelapnya.

Melihat respon Ciello yang sama sekali tak terganggu dengan ulah tangan Citra, membuat dirinya semakin berani.

HAAP…

Tiba-tiba, mulut Citra melahap kepala penis Ciello.

“Astaga… Besar sekali…” Seru Citra dalam hati.

“Oooohhh… Mamaaaa…..” Lenguh Ciello dalam tidurnya.

Perlahan, Citra mulai menggerakkan kepalanya naik turun, melahap kepala dan batang penis putranya dalam-dalam.

“Sssshhh…Mama… Entot kontolku Maa…” Rintih Ciello.

Mendengar putra kandungnya mengigau dengan kalimat jorok, birahi Citra semakin tinggi. Walau ia baru saja mendapat jatah dari Mike, namun tetap saja, penis Ciello mampu membuat birahinya meledak-ledak. Ia begitu penasaran, seperti apa rasanya disetubuhi oleh penis putranya.

Terlebih melihat tidur Ciello yang terlihat begitu lelap, membuat Citra semakin beringas. Dan mendadak, Citra ingin melakukan masturbasi.

Dengan tangan kiri, Citra kemudian menyingkap celana dalamnya, lalu mulai menggelitik klitorisnya. Setelah itu, dengan tangan kanan, ia mulai mengocoki penis Ciello sembari terus melakukan oral. Citra sama sekali tak khawatir jika sewaktu-waktu Ciello bangun dan mendapati ibu kandungnya sedang memberikan pelayanan seks dengan mulut mungilnya. Yang penting, Citra ingin supaya ia dapat meraih orgasme barunya cepat-cepat.

“Ssshh… Mama…. Ooohh.. Enak banget jepitan memekmu Maaa…” Lenguh Ciello lirih.

HAP… SLUURRP… SLUUURP….

” Terus ma… Entot kontol Ciello… Entot pake memek sempit Mama… Oooohh…. Maa…. Enaakk… ” Lenguh Ciello dalam mimpinya.

SLUURRP… SLUURRP… SLUUURP….

“Ohhh.. Ciello…. Kontolmu juga enak Sayang…. ” Jawab Citra dalam hati.

NYAP…SLUURRP… SLUUURP….

“Mama… Entotan memek Mama enak bangeeet… Udah lama Ciello pengen ngentotin memek Mama… Ooohh.. Enaak Maa…”

SLUURRP… NYAP… SLUURRP… SLUUURP….

“Mama juga pengen dientot pake kontol besarmu Sayang…” Seru Citra dalam hati. karena birahinya yang semakin memuncak, tiba-tiba, entah kenapa, sebuah pemikiran gila muncul diotak Citra.

“Daripada cuman oral… Gimana kalo sekalian aja entotin kontol Ciello pakai memekku…?” Pikir Citra sembari terus mengoral dan mengurut batang penis putranya. “Iya… Mumpung dia masih tidur… Bisa itu… Kita bisa sama-sama enak Nak…”

SLUURRP… SLUURRP… NYAP… NYAP… SLUUURP….

“Entot terus Maaa… Entot teruuss… Ooohh…Mama Citraaa…. Ciello mau ngecrot Maa… Ciello mau keluaar… ” Seru Ciello tiba-tiba.

“Hah…? Cepat sekali…?” Seru Citra heran. Ia tak menyangka jika putranya akan segera orgasme.

“Belum juga kontolmu Mama masukin kedalam memek Nak… Udah mau keluar aja…? Tahan….” Batin Citra sembari menekan area bawah pangkal penis Ciello kuat-kuat, berharap supaya putranya tak segera orgasme.

Namun, apa daya. Walau sekuat apapun tekanan jemari tangan Citra pada area bawah pangkal penis Ciello, tubuh kekar putranya tetap mengejang. Disusul dengan kedutan hebat pada batang penisnya.

CROT… CROT… CROOCOT… CROT… CROT…

CITRA 2

Lima semburan panas, menyeruak masuk kedalam mulut Citra. Tak banyak, namun cukup membuat mulut ibu dua anak itu penuh.

GLEK…. NYAP NYAP… SLUUUUURRP…

Suara tenggorokan dan mulut Citra ketika menelan sperma Ciello.

“Asin sekali nak…” ucap Citra sembari menyeruput mulut penis putranya, berusaha menyedot habis sisa-sisa sperma yang ada dibatang penisnya yang mulai melemas.

“Uuuuugggggghhh…. Makasih Ma…. ” Ucap Ciello menggeliatkan tubuhnya sambil kembali tidur, ” Zzzzz… Zzzzz….. Zzzzz… Zzzzz…..”

Melihat putranya terlelap, membuat nafsu birahinya mereda. Walau masih agak menggebu, Citra sadar, jika ia tak mungkin lagi bisa mengambil kesempatan dari putranya.

“Hhhhhhhhhhhh…. Yaudahlah…. Mungkin lain waktu….” Ucap Citra sembari menarik nafas panjang, dan tersenyum. Ia kemudian mengambil selimut baru yang teronggok di kakinya dan menebarnya diatas ke tubuh putranya.

Dia lalu membungkukkan tubuhnya ke depan dan mencium kening Ciello cepat. “Met tidur Sayang…. Mimpi’in Mamamu terus ya…. CUUUP….” Ucap Citra sembari meremas penis putranya pelan sebelum pergi meninggalkan kamar putranya.

***

“Lama banget diatasnya Sayang….? Tanya Mike begitu Citra masuk kedalam kamar tidur.

“Iya Mas… Tadi sekalian ngangkatin jemuran…” Bohong Citra sembari melepas kemeja dan rok pendeknya, menyisakan bra dan celana dalam.

“Hmmm…. Ciello udah bobo ya Sayang….?”

“Hiya Mas… Mungkin dia kecapekan…” Jawab Citra sembari tersenyum-senyum penuh arti sambil merebakan diri ditempat tidur, disamping suaminya.

“Hhhmmm… Yaudahlah…. Kenapa kamu ketawa-tawa sendiri sih…?”

“Mas…. Adek pengen lagi…” Jawab Citra sembari menyelipkan tangannya kedalam kolor dan mengusap -usap penis Mike

“Haaaah…? Lagi….? Sekarang…”

“Hihihihi… Iya…. Mau khan….?”

“Tapi… Khan didepan… Clara masih melek Dek…?”

“Iya…Lalu… Emang kenapa…?”

“Ntar mereka bisa denger loh…”

“Trus…?” Jawab Citra yang kemudian melepas bra dan celana dalamnya, lalu kembali merebahkan diri disamping Mike.

“Kok kamu nakal gini sih…?” Ucap Mike sambil mengusap vagina gundul Citra, “Emangnya yang tadi kurang…?”

“Hihihihi… Hiya… Kurang banget Mas… ” Jawab Citra sembari menurunkan kolor Mike dan mulai mengocoki penis suaminya.

“Iiihh.. Nakal….” Ucap Mike.

“Habisan udah lama…. Mas nggak nengokin…” Jawab Citra.

“Bener nih nggak apa-apa kalo kedengeran ama Clara…?”

“Hihihihi… Memek Adek udah gatel Mas….”

“Karnia juga bisa denger loh…”

“Karnia juga pasti bakal bisa maklumin kok…”

“Kalo nanti mereka ngeganggu gimana Dek…?”

“Hihihi… Yaudah… Ajak aja Mas…”

“Huusshhh… Sumpah… Malam ini kamu nakal banget Dek…”

“Habis… Memek aku udah gatel banget Maaaas….”

“Hhhhhhh…. Citraaa… Citra…. Kalo udah pengen…. Selalu deh… HARUS….” Ucap Mike yang kemudian melepas kemeja dan menurunkan celana kolornya.

“Hihihihi…. Yuk Mas… Sini buruan…” Balas Citra sembari telentang, merentangkan kedua pahanya jauh-jauh, dan menyibakkan bibir vagina mulusnya lebar-lebar. “Sini Mas… Tusuk tempik gatel Adek ini… Dengan kontol besarmu….”

“Bakal habis kamu Dek… Bakal Mas bikin kamu meronta-ronta keenakan…” Seru Mike sambil mengarahkan kepala penisnya ke mulut kemaluan Citra, “Bakal aku buat tidur orang sekomplek ini keganggu ama jeritan kenikmatanmu….”

CLEP…

“OOoooooohhh.. Maaaaaassss…. Pelaann…” Seru Citra ketika menerima tusukan tajam penis Mike pada vaginanya.

“Teriak yang kenceng Dek…. Teriak aja sepuasmu….” Ucap Mike sembari meremas kedua payudara besar Citra kuat-kuat.

“Oooooohh.. Maaaas… Saaakiiittt…. Peelan-pelan Maas……”

“Clara…. Karnia… Dengerin ya Sayang… Ganasnya entotan kontol Papamu ini….” Batin Mike yang mulai menghempaskan pinggulnya kuat-kuat ke vagina Citra.

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK….

“Oooohh… Maas… Pelan-pelan Maaas….” Seru Citra lantang.

PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK…. PLAK PLAK PLAK….

“Met pagi Tante…… ” Seru Dylan, Johan dan Nando hampir bersamaan. Ketiganya adalah teman dekat Ciello. Teman main, teman belajar, dan teman kenakalan dalam segala hal.

“Eeeh… Iya… Pagi…” Jawab Citra kaget, karena sama sekali tak mengira jika bakal ada yang bertamu dihari yang masih pagi ini. Terlebih saat itu ia hanya mengenakan daster tidur tipis berwarna biru tua, yang terlihat begitu kontras dengan kulit tubuhnya. Buru-buru Citra menyudahi acara berkebunnya dan membasuh tangannya dengan air bersih,

“Ciellonya ada Tant….? CUUUP…..” Tanya Dylan yang kemudian turun dari sepedanya dan mengamit tangan Citra. Lalu dengan lembut, ia menciumnya tangan ibu muda itu sembari terus menatap tubuh indah Citra dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Eh.. Iya… Kami mau ngajak sepedahan Tant…. CUPPP…. ” Tambah Johan yang juga melakukan hal serupa dengan Dylan, ikut mencium tangan tubuh Citra sembari melirik kearah payudara ibu temannya itu lekat-lekat.

“Mumpung libur panjang Tant….CUUUPPP…..” Ucap Nando juga yang ikut-ikutan menikmati sajian tubuh seksi Citra.

“Ooo… Sepedahan… Iya… Ciellonya ada kok… Cuman kayaknya… Jam segini Ciellonya masih ngorok..” Jawab Citra yang cuek menerima tatapan penasaran ketiga teman anaknya, “Bentar ya Tante panggilin… Kalian duduk dulu gih….”

“Eh iya Tante…. ” Jawab Dylan, Johan dan Nando berbarengan, sembari menatap goyangan pantat bulat Citra ketika berjalan mendahului mereka.

“Maaa… ?” Panggil Clara dari arah belakang, keluar dari arah ruang tamu, “Mamaaa….?”

“Ya Sayaaang…..?” Jawab Citra berjalan dari arah taman.

“Clara mau berangkat sekolah nih… ” Seru Clara sambil menjejalkan setangkup roti lapis ke mulutnya dengan tangan kanan, semetara tangan kirinya menenteng sepatu sekolah dan melemparkan keras ke lantai teras.

“Eh kamu udah mau berangkat aja sayang…?”

HAEM…

Jawab Clara sambil menganggukkan kepalanya, berusaha mengunyah roti lapisnya cepat-cepat.

“Iya Mah… Clara lagi ada praktikum pagi… ” Jawab putri Citra itu sembari terus melahap roti lapisnya bulat bulat, membuat pipinya terlihat menggembung penuh.

“Eh iya Sayang… Sebelum berangkat… . Tolong dong sekalian kamu bangunin kakakmu…” Pinta Citra.

“Yah Mama… Clara udah telat nih… ” Tolak Clara, “Keburu angkot langganan Clara lewat… ” Tambah gadis manis itu sembari menggeser kursi kecil di teras dan segera menghemlaskan pantat bulat keatasnya. Dengan cuek, gadis manis itu menaikkan satu kakinya ke dudukan kursi guna mengenakan kaos kakinya

“Bentar aja Sayang….” pinta Citra.

“Yaaaah… Mama aja deeh..” golak Clara sambil terus memasukkan jemari mungil kakinya kedalam kaos kaki.

Melihat Clara sedang mengenakan kaos kaki, ketiga teman Ciello buru-buru memasang mata mesum mereka menatap kearah Clara. Menatap kearah lubang yang tercipta dari bukaan paha putih mulusnya dengan tanpa berkedip sedikitpun.

“Bor liat bor… Paha…” Bisik Dylan sambil sedikit menyikut tubuh Johan yang ada disampingnya.

“Iyeee.. Gw juga ngeliat… ” Sahut Johan

“Buset putih bener yak… ?” wTimpal Nando.

Memang sudah menjadi kebiasaan bagi Clara, ketika akan berangkat sekolah, ia mengenakan sepatu diteras. Duduk di kursi teras di depan pintu ruang tamu sambil mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Walau diteras saat itu terdapat orang asing, Clara terlihat begitu cuek, tak mempedulikan jika paha mulus dan celana dalamnya dapat terlihat jelas oleh ketiga teman kakaknya yang berdiri mematung ihadapannya. Melihat ketiga teman kakaknya tak sanggup memalingkan wajah ketika Clara sedang memakai kaos kaki, memuat kejahilan Clara semakin menjadi-jadi. Ketika ia menaikkan kaki ke dudukan kursi, otomatis lutut Clara naik setinggi dagu, dan Clara juga sengaja membiakan ujung roknya turun ke arah selangkangan. Membuat paha puyihnya semakin terlihat jelas oleh mata-mata keranjang ketiga lelaki muda didepannya. Selesai satu kaki, Clara memasang sepatu dikaki satunya. Namun kali ini, ia tak membetulkan roknya. Sehingga rok yang sudah separuh terangkat kesekitar paha, menjadi nsemakin terlihat semua.

“Boor pahanyaaa boooorrr.. ” Seru Dylan lirih sambil kembali menyikut Nando. Dengan mata yang sama sekali tak berkedip, ketiga lelaki itu menikmati suguhan pagi adik kandung temannya.

“Pagi Tanteee Citraaa….. ” Sapa Karnia tiba-tiba keluar dari dalam rumah sambil menenteng sepatu sekolahmya. “Makasih sarapannya ya Tant… Enak banget… ” Kata Karnia sambil duduk disamping Clara dan segera memasang kaos kaki dan sepatu sekolahnya.

“Aaaah cuman roti aja kok…” Senyum Citra.

“Roti juga enak loh Tant… ” Jawab Karnia lagi sambil mengikuti melakukan hal yang serupa dengan Clara.

Ia juga duduk di kursi teras dan juga menaikkan kakinya setinggi dudukan bangku. Setelah itu ia mengakan kaos kaki dan sepatunya. Ia juga Cuek ketika kaki jenjangnya terpampang jelas dihadapan ketiga teman kakak sepupunya.

“Karn… Nanti aku pinjem PR sejarahnya ya… ” Ucap Clara sambil berdiri dan menjejak-jejakkan sepatunya ke tanah. “Aku belom sempet ngerjain…”

“Iyaaa.. Siiippp.. ” Jawab Karnia yang juga ikut bangkit dari duduknya dan menepuk-tepuk pantat bulatnya.

“Maaa… Clara berangkat dulu yaaa…” Pamit Clara.

“Karnia juga pamit dulu Tant…” Susul Karnia

“Hhhhh…. Jadi beneran nih nggak mau ngebantu Mama buat ngebangunin kakakmu…?”

“Ahhh… Mama aja deh… Clara buru-buru….”

“Yaudah deh… ” Jawab Citra sembari menghela nafas, “Kalian ati-ati dijalan ya… Biar Mama yang ngebangunin Kak Ciello….”

“Hihihihi….Seeep… Mama aja yaaa… Clara beneran buru-buru nih Maa… ” Ucap Clara sembari menyambar tangan Citra. Lalu dikecupnya pelan, “CUUUP…. Clara berangkat dulu ya Mamaa Clara yang paling semok dan menggairahkan…. “Seru Clara sembari meremas pantat Citra kuat-kuat dengan tangan kirinya,

“Aaauuwww… Claaraaaaahhh….”

“Hehehehe… Biar Mama kangen terus ama Clara…. ” Seru Clara sembari mundur dari cubitan Citra, “Ayo Karn…”

“Eeeh iya… Permisi… Karnia berangkat dulu ya Tanteee.. CUUUPPPP…”

“Permisi Mas… ” Kata Clara ketika akan melewati mereka, namun karena ketiga pemuda itu masih melongo melihat keseksian dan kenakalan Clara kepada ibunya, mereka hanya diam. Mematung dengan mata melotot menatap kearah dua gadis jelita di hadapannya.

“Per… Mi… Si…. Mas… ” Ulang Clara ketus.

“Eh I… Iya… ” Jawab ketiga teman Ciello sambil tak henti-hentinya menatap kedua gadis belia yang berdiri di depan mereka.

“Minggir dikit dong…. Clara mau lewat….”

“Ehh.. I… Iyaa.. Silakan dek…” Jawab Johan sambil menyuruh kedua temannya menepi, memberi jalan kepada kedua gadis SMA yang mau lewat itu.

Melihat tingkah remaja dihadapannya, Citra hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Kalian duduk dulu aja ya… Tante bangunin Ciello dulu….”

***

Sekali lagi, Citra masuk ke dalam kamar putranya. Walau menggunakan AC, kamar itu masih saja pengap, dengan semerbak aroma sperma yang masih tercium pekat. Jemari lentik Citra lalu meraih remote AC, dan segera menekan tombol off. Kemudian, ia menyibakkan tirai dan membuka jendela. Mempersilakan segarnya udara pagi masuk kedalam kamar putranya.

“Hhhh… Ciello Ciello…. Jadi anak kok cuek banget sih…?” Geleng Citra begitu melihat kondisi kamar putra kandungnya yang begitu berantakan.

Sejenak, Citra duduk ditepi ranjang, menatap lekat-lekat tubuh putranya yang masih sama seperti semalam. Telanjang bulat tanpa ditutupi sehelai pakaian pun. Dengan lembut, Citra mengusap rambut dan kening Ciello.

“Ciello… Bangun sayang…” Ucap Citra lirih sembari mengusap wajah putranya lagi.

“Zzzzz…. ” Ciello tak merespon, ia masih terlelap dalam tidurnya.

Melihat tak ada gerakan dari putranya, ulah iseng Citra kembali muncul. Ia kemudian mengusap bagian tubuh putranya yang lain.

Mulai dari usapan di wajahnya yang tampan, dadanya yang bidang, ketiaknya yang ditumbuhi bulu lebat, lengannya yang kekar, perutnya yang mengotak, hingga ke arah penis putranya yang masih menjuntai lemas.

“Oh… Kontol Ciello… ” Lenguh Citra dalam hati sembari mengingat kejadian mesum semalam, “Benar-benar kontol yang menggoda…” Batin Citra sambil memberanikan diri untuk kembali menyentuh penis putranya.

Namun, kali ini, Ciello sepertinya lebih sadar daripada semalam.

“Eehhh… Mama… ” Ucap Ciello lirih begitu merasakan senyuhan lembut jemari ibunya pada batang penisnya.

“Eh… Pa.. Pagi sayang… ” Ucap Citra kaget.

“Pagi Maa… Uuuuugggghhhh….. ” Balas Ciello sambil merenggangkan tubuh telanjangnya.

Melihat putranya meregangkan tubuh, seketika membuat mata Citra kagum. Terutama akan batang penisnya yang masih menjuntai lemas diantara selangkangannya.

“Ciello .. Yuk… Bangun sayang…. Temen-temen kamu udah pada nungguin dibawah tuh…” Ucap Citra sembari mengusap paha Ciello. Mengusap area yang terpaut beberapa cm dari pangkal penis putranya.

“Ah Mama… Bentaran ah… ” Ucap Ciello cuek, tak mempedulikan tangan Citra.

“Ayo aaah… Bangun… Udah siang iniii…… “

“Iya Mamaaaa…. Nanti…”

Merasa dicuekin, ide gila pun muncul di otak Citra. Dengan santai, Citra kemudian menyentuh batang penis putranya yang masih tergolek lemas, lalu mengurutnya perlahan…

“Ayo Sayang bangun ah… ” Ucap Citra lirih sembari terus menggerakkan tangannya naik turun.

“Uhh… Mama…” Lenguh Ciello keenakan.

“Yuk… Ditunggu temen-temen kamu tuh…”

“Uhhh… Iya Maa… Sebentar….”

Merasa keenakan, Ciello pun menempatkan kedua lengannya dibelakang kepala dan melihat kearah tangan Citra yang makin sibuk mengurut batang penisnya. Dengan sigap, Ciello juga membuka kedua kakinya supaya makin mempermudah ibunya dalam memberikan kenikmatan paginya.

“Oohh… Mamaaa..” Lenguh Ciello.

“Kenapa Sayang….?”

“Kalo cara Mama ngebanguninnya kaya gini… Ciello mau tuh bangun pagi mulu…”

“Iya ya… ? Enak ya Sayang…?”

“Iya Maaa… Bener deh… ” Ucap Ciello sambil semakin melebarkan kakinya, memamerkan kantung zakarnya yang menggantung lemas. Kemudian masih dengan posisi bersandar dengan satu kanan, Ciello menjulurkan tangannya kebawah, kearah lutut Citra. Lalu dengan santai, ia mengusapi lutut ibu kandungnya itu dengan gerakan melingkar.

“Hihihi… Bisa aja kamu Sayang… ” Tawa Citra pelan,

“Heheh.. Serius Maa.. Apalagi kalo tiap pagi Ciello bisa ngeliat senyum cantik mama…. Ciello bakalan rajin deh bangun paginya…”

“Iya ya…? Apalagi kalo ngebanguninnya pake ngocokin kontol kaya gini ya Sayang…?”

“Hehehe… Ssshhh… Iya Maa… Uuuuuggghh… Terus Maa…” Ucap Ciello sambil merem melek keenakan.

“Enak ya Sayang…?”

“Oooohhmm…. Banget Maa… Ssshhh…. Enak banget…. Terus Maa… Kocok yang kenceng…” Ucap Ciello lagi sembari mulai merabai lutut dan paha Citra.

“Kalo gini…?” Tanya Citra sembari mempercepat gerakan tangannya. Tak lupa ibu kandung Ciello itu juga memijat buah zakarnya pelan.

 

“Ssshh….Ooohhh… Ehemmmhh.. Makin enak Maa… Rasanya tenaga Ciello jadi makin terkumpul… ” Lenguh Ciello keenakan.

“Hihihi… Mukamu kalo lagi horny lucu banget Sayang…” Goda Citra.

Melihat reaksi Mama Ciello yang sama sekali cuek akan rabaan tangan putranya membuat Ciello semakin berani. Putra kandung Citra itu pun mulai mengusapi paha mulus mamanya itu dari lutut hingga kepangkal paha. Bahkan ketika tangan Ciello mulai menyusup kearah celana dalam Citra, Citra hanya diam saja. Bahkan Citra malah tersenyum tipis sembari menatap sayu kearah putranya.

“Eeeh… Tangan kamu mau ngapain Sayang…?” Tanya Citra.

“Hehehe… Nggg…. Boleh ya Ma…?” Jawab Ciello.

“Boleh apa…?”

“Nggg… Boleh….. Nggg….Megang memek Mama….”

“Hmmm… Megang memek Mama…? Buat apa…?”

“Buaaat…. Nggg.. Buat supaya Ciello bisa cepet keluar Maa…”

“Kamu mau ngecrot….?”

“Bentar lagi Maa… Boleh ya Maa….?” tanpa menunggu jawaban mamanya, Ciello mulai menyusupkan jemarinya kedalam sela-sela celana dalam Citra.

“Hmmm… Boleh nggak yaaa…? ” Goda Citra sambil memelintir batang penis putranya, memberikan kenikmatan pagi pada putranya.

“Ooohh… Mamaaaa…. ” Lenguh Ciello yang semakin berani, mulai mengulik bibir vagina Citra yang juga semakin basah. “Memek kok Mama udah becek Maa…..?”

“Uuuhh… Jangan digelitikin Sayang….”

“Nggak apa-apa Maa…. Mama ngocokin kontol Ciello…. Ciello juga ngobelin memek Mama…. Ooohh… Enak Maa….” Rintih Ciello sambil mengejangkan batang penisnya.

“Memek Mama makin basah nih Ma….”

“Iya Sayang….Ooohh… ” Desah Citra yang sepertinya mulai terlena dengan permainan jari Ciello.

Merasa kobelan Ciello yang semakin menggairahkan, Citra memejamkan mata. Berusaha sedikit menikmati permainan nakal putra kandungnya. Perlahan, ia menggigit bibir bawahnya.

“Mama cantik sekali Ma…” Ucap Ciello, “Seksi….” Tambahnya lagi sembari menyusupkan dua jari tangannya ke dalam vagina Citra.

“Eeehhmmmm….. Hhhhh….” Lenguh Citra pelan.

“Uuuhhh…. Memek Mama makin basah Ma…. ” Ucap Ciello lagi, “Mama terangsang ya…? Mama juga suka ya ngocokin kontol Ciello… ? Uhhh… Mama Nakal Maa….. Enak ya Maa….?”

Alih-alih menjawab semua pertanyaan Ciello, Citra tiba-tiba meremas kuat buah zakar Ciello hingga tubuh putra kandungnya itu menegang.

“AAAAADDDAAAAAAAWWWWW…. MAMAAAAAAA…. SAAAAKIIITTTT… ” Ucap Ciello yang buru-buru mencabut tangannya dari liang vagina Citra. Ia lalu bangun dari posisi tidurnya dan menepis tangan mulus Citra dari penisnya. “SAAAKKIIIIITTTT MMAAAMMMMAAAA…..”

“Dasar ANAK BANDEL…..” Seru Citra, “Makanya… Kalo Mama minta sesuatu… Langsung dikerjain… Bukannya malah minta yang aneh-aneh…” Ucap Citra sambil beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kamar.

“Aduuuuuhhhh…. Sakkkiiiitttt Maaaaaa……” Rintih Ciello.

“Ayo buruan siap-siap… Temen-temen kamu pada udah nungguin dibawah tuh…”

“Pecah dah telor Ciello….. Aduuuhhh… Saaakiiit Maaa….”

“Hihihi… Rasain…..”

“Mama tega ihhhhsss… Bisa rusak ini pabrik pejuh Ciello… Ucap Ciello sambil mengusap dan meniup-niup area selangkangannya. Berharap dengan tiupannya, ngilu penisnya bisa segera sembuh.

“Abisan iseng sih… Pake ngobel-ngobel memek Mama segala….” Jawab Citra yang kemudian bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan putranya.

***

“Tunggu yaaa…. Ciellonya masih siap-siap… ” Kata Citra yang tak berapa lama kemudian sudah kembali ke teras rumahnya. Membawa nampan berisikan sekotak biskuit dan beberapa minuman segar, “Nih… Kalian minum dulu aja…. Kalian pasti haus… ” Tambah Citra yang kemudian meletakkan nampan itu kemeja teras.

Karena posisi meja teras yang agak rendah, mau tak mau membuat Citra agak membungkuk ketika meletakkan nampannya. Membuat belahan payudara besarnya yang tanpa bra, dapat terlihat dengan jelas. Bahkan sekilas, puting payudara Citra yang berwarna cokelat muda terlihat mengintip manja dibalik daster tipis mininya.

GLEK…

Bak tenggelam dalam lautan birahi, ketiga teman Ciello itu mendadak merasa kesulitan untuk bernafas.

Bagaimana tidak? Mendapat pemandangan pagi dari tubuh Citra yang begitu menggairahkan, membuat ketiga pemuda tanggung itu hanya bisa melongo. Menatap tubuh sintal yang hanya dibalut oleh daster tipis berukuran mini, ditambah dengan kilasan-kilasan payudara telanjang berukuran ekstra besar yang seringkali mengintip diantara lubang daster, membuat penis-penis Dylan, Johan dan Nando seketika menggeliat di balik celana ketat mereka.

“Eeeh… Kalian kok pada bengong…?” Seru Citra membuyarkan lamunan jorok ketiga teman putranya, “Ayo dimakan itu cemilannya….” Tambahnya lagi sembari duduk diantara ketiga teman putranya.

“Ehhh.. I… Iya Tante….” Jawab Nando kaget sambil berusaha menutup tonjolan di selangkangannya.

“Maa… Makasih Tant… Kok malah jadi ngerepotin gini…” Tambah Dylan yang juga bertingkah serupa.

“Hihihi… Lucu juga nih tingkah cowok-cowok muda kalo lagi mupeng….” Seru Citra dalam hati sambil melihat kearah selangkangan ketiga teman putranya yang menggembung besar. “Godain aahhh….”

“Aaaahhh… Enggak kok… Kebetulan…..Si Om baru pulang dari luar kota… Jadi ya ada oleh-oleh… Hihihi…” Senyum Citra sembari duduk sambil menyilangkan kakinya. Cuek memperlihatkan paha putih mulusnya.

“Waah…Makasih Tante…” Seru Johan.

“Hiyaaa… Ayo… Habisin itu cemilan… Biar kalian kuat ngegenjotnya….Hihihi…”

“Ngegenjot…? ” Tanya mereka bertiga serempak.

“Iya… Ngegenjot sepedanya… Kalian abis gini mau sepedahan bukan…?”

“Ooww.. Ngegenjot sepeda… ” Jawab mereka bertiga hampir bersamaan. “Kirain ngegenjot yang lain….”

“Eeehh… Kirain apaan…?” Tanya Citra sok bingung, “Idiiihh… Jangan-jangan kalian mikirnya beda nih…”

“Hehehe… Maklum Tant… Habisan pagi-pagi udah disuguhin pemandangan bidadari cantik, jadi mikirnya agak laen… Hehehe… “Jawab Dylan menggoda Citra

“Bidadari cantik…? ” Tanya Citra mengambil cemilan sambil sedikit merubah posisi duduknya. Membuat bawahan daster mininya semakin terangkat naik dan memamerkan paha putihnya yang mulus tanpa bulu sedikitpun.

“Iya… Tuh… Bidadarinya sekarang mau ngemil biskuit.. ” Jawab Dylan lagi.

Memang, diantara mereka bertiga, dylanlah yang paling berani dalam hal apapun, termasuk dalam hal menggoda wanita, Dylan yang lebih tua, memiliki lebih banyak pengalaman.

“Aduuuh… Bidadari itu maksudnya tante ya…. ?” Tanya Citra pura-pura nggak ngerti. “Aaahh.. Kamu tuh ya bisa aja… Hihihihi… ” Tambah Citra sambil menepuk paha Dylan, “Wuih… Kaki kamu keras banget ya… Pasti kuat banget nih ngegenjot sepedanya…”

“Ah Tantee….. Jangankan ngegenjot sepeda Tant… Ngegenjot yang lain juga kuat kok… ” Jawab Dylan sambil melirik kearah vagina Citra…

“Ngegenjot yang lain…? Ihhh… Jorok yaaaa… Pagi-pagi dah berpikiran mesum…”

“Lohh… Maksudnya… Dylan juga kuat kok Tant… Ngegenjot becak… Atau Odong-odong…”

“Owww… Odong-odong… Naik turun dong… Hihihi…” Jawab Citra sembari kembali mengusap paha Dylan lebih naik lagi. Membuat suasana di teras itu semakin memanas.

“Hehehe… Iya naik turun… Kaya yang sering Tante ama Om lakuin…”

“Heeeeeeh… Lakuin apa’an…?”

“Naik odong-odong Taaanteeee… Hehehe…. Dulu khan wakyu Tante ama Om masih kecil, pasti sering khan naik odong-odong….?”

“Huuu… Jaman dulu mah belom ada odong-odong kalii…”

“Yaaaaah….. Nggak bisa naik turun dong Tant…? Hehehe….”

“Kamu tuh yaa.. Masih kecil udah mesum aja…” Cubit Citra kearah paha dalam Dylan.

“Uuuuhhh…. Hehehe… Habisan tante cantik deh… Jadinya khan Dylan mikir mesum mulu… “

“Emang iya…? “Tanya Citra kearah Nando dan Johan yang sedari tadi diam mendengarkan rayuan Dylan,”Emang tante Cantik….?”

” I… Iya tante… Tante cantik…… Seksi juga ” Jawab Nando dan Johan yang malu-malu sambil menutupi tonjolan yang semakin membesar diselangkangan mereka.

“Tuh khan Tant… Bener apa kata Dylan… Ngeliat tante Bidadari… Mereka juga nanti bakal jadi kuat juga tuh ngegenjotnya….”

“Ngegenjot sepeda khaaan…?” Goda Citra lagi..

“Iyalah Tant… Ngegenjot sepeda…… Masa ngegenjot Tante Citra… Nanti bisa-bisa kami dimarahin ama si Om… Hehehe…”

“Yeeeee.. Enak aja mau ngegenjot Tante…? Kaya mampu aja kalian…. Hihihihi…”

“Yaaah…. Kalo nggak dicoba… Mana kita tahu Tant… Hehehe…” Jawab Dylan makin berani.

“Iiihhhhsss… Kamu tuh ya…. Nakal banget…. ” Jawab Citra sambil kembali mencubit paha Dylan.

“Uuuhhhh….. Hehehe… Becanda kali Tant…”

“Eh iya… Si Om kemana Tant.. Kok sepi..?” Tanya Johan

“Ooow.. Si Om masih tidur… ” Jawab Citra

“Loh.. Si Om nggak kerja Tant….?” Sahut Nando

“Enggak… Si Om cuti hari ini…. Mau istirahat dulu… Maklumm… Si Om kecapekan…”

“Kok kecapekan Tant…? Pasti kerjanya jauh ya Tant….?” Tanya Johan lagi

“Hhhhmmmmmm… Enggak sih… “

“Ah lo bego bener sih Jo… Si Om kecapekan tuh abis ngegenjot tante taaauuuuk… Ya khan Tant…” Ucap Dylan vulgar, “Si Om semalam…. Pasti abis ngasih jatah… Jadinya pagi ini masih tidur…… Hehehe…”

“Husssh… Jatah apaan…? Kaya kalian ngerti aja urusan orang dewasa…. Hihihi….”

“Hehehe… ngerti lah Tant… Khan kami juga udah dewasa….”

“Ahhh…. Udah-udah… Kalo ngobrol ama Dylan terus…. Jadi kasian tuh ama temen-temen kamu…” Ucap Citra sambil melirik kearah Nando dan Johan.

“Haa….? Kasian…? Kasian kenapa Tant….?” Tanya Dylan.

“Iya.. Kasian….. Karena ada yang kecepit… Pasti sakit tuh… ” Ucap citta sambil menunjuk arah selangkangan Johan dan Nando dengan bibirnya.

“Ooooowww…… Hahaha… Tante ngerti aja…”

“Tante khan juga punya anak cowok seusia kalian… Jadi kalo ngobrolin hal-hal yang mesum… Pasti nggak bakalan bisa bentar… Hihihi… “Senyum Citra yang kemudian beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke halaman. “Udah ya… Tante mau ngurus taneman dulu…..”

“Yaaaah…. Tante…. Kok udahan sih…. Nanggung nih….” Seru Dylan.

“Hihihihii… Biarin…. Biar kalian sekalian kentang…. ” Jawab Citra yang kemudian duduk di kursi jongkoknya.

Rumah Citra adalah rumah cluter yang antara satu rumah dan lainnya tanpa dibatasi pagar. Yang ada, hanya tanaman yang sengaja ditumbuhkan sebagai pembatas rumah.

Begitupun dengan rumah Citra. Sisi paling kiri, adalah ruang tamu dan teras yang dipercantik dengan 4 buah kursi kecil yang melingkari sebuah meja kotak rendah. Bagian tengah rumah adalah ruang tengah dan bagian paling kanan adalah garasi. Teras dan halaman hanya dibatasi oleh beberapa pot yang berderet rapi dengan bunga rimbun yang telah tumbuh sekitar 60 cm, cukup mampu memberi privasi bagi siapapun yang duduk disitu.

“ASTAGA BOOORRR…. PAHA TANTE CITRA….” Seru Johan girang, sambil menunjuk kearah Citra yang sedang mengurus tanamannya.

“Busyeeet… Mulus bener yak….?” Seru Nando tak kalah girang.

“Seneng banget tuh kunyuk Ciello punya mama kaya tante Citra yak….?” Iri Dylan.

Karena Citra sedang mengurus tanaman di sisi sebelah kiri rumah, Dylan, Johan dan Nando tak henti-hentinya menatap kearahnya. Terlebih karena adanya tanaman rimbun yang memisahkan mereka, membuat mereka bertiga semakin berani mengintip segala aktifitas seksi Citra.

Dengan cuek, Ibu Ciello itu duduk di kursi jongkok yang membuat Citra susah menyembunyikan kemulusan kulit paha dan selangkangannya. Terlebih karena bawahan dressnya yang super pendek, membuat selangkangannya dapat terlihat dengan mudah oleh ketiga teman Cielo.

“BUSYEEETT BOOORR…. CELANANYA JUGA KELIATAN….” Girang Johan lagi.

“Iya Jo… CELANA MILF tuh…. ” Seru Nando.

“Busyeettt…. Mulus bener ya bor itu paha… Selangkangannya juga putih..” Seru Dylan.

“Memeknya juga Boorr…. Gemuk bener daah… “

Citra yang sibuk merawat tanaman, sama sekali tak menyadari dengan tatapan mesum ketiga teman anaknya itu. Terlebih, karena hari masih pagi, membuat dirinya sama sekali cuek dengan pakaian yang ia kenakan. Daster tipis hitam, berbahan sutra, dengan bukaan dada rendah. Membuat penampilan Citra pagi itu, mampu membangkitkan gairah ketiga teman Ciello dengan mudah.

Dan ketika Citra berpindah tempat untuk mengurus tanaman yang dekat dengan teras, tingkah ketiga teman Ciello itu semakin belingsatan. Karena Citra yang masih duduk di kursi jongkoknya masih tak menyadari dengan tatapan mesum ketiga teman putranya itu, ia masih cuek saja duduk secara asal-asalan. Tak mempedulikan bawahan daster mininya yang tak mampu menutupi paha maupun celana dalam yang membungkus gundukan vaginanya.

Selain itu, karena posisi tanaman yang cukup rendah, Citra harus sering membungkukkan badan guna dapat mengaduk tanah atau menggunting daun tanaman. Membuat payudaranya yang berukuran besar itu bergoyang dan bergelantungan seiring aktifitasnya ketika berkebun.

“Ehh… Ehh… Teteknya juga keliatan Booor….”

“Iya… Bener… Bussyeeetttt…. gedhe banget tuh tetek….”

“Pasti puas tuh dikenyot-kenyot….”

“Putingnya juga nyempil tuh….”

“Coklat muda Borrr… Enak banget tuh kalo digigit-gigit…”

“Sumpah…. Bidadari banget dah tuh Tante Citra….”

“Hiya… Udah Baek… Cantik… Semok… Seksi pula…. “

“Pantesani Om Mike kecapekan pagi ini… Dia pasti puas banget tuh…. Semalaman nyodokin memek gemuk Tante Citra Yak…?”

“Busyeeet… Seneng banget deh Ciello punya Mama seseksi dia….”

“Iya yak… ” Seru Dylan, “Eh… Kok gw sekarang jadi pengen ngentotin itu Tante Citra yak….?” Bisik Dylan sembari mengelus batang penisnya yang sudah terlihat semakin menonjol di celana sepedanya.

“Lohh…? Sama Borr…. Gw juga pengen nyodokin tuh memek….” Sahut Nando yang merogoh batang penisnya. Berusaha membetulkan posisinya yang tertekuk.

“Sama ngegenjot teteknya juga…. Sepertinya bakal makin enak tuh…” Tambah Johan yang menyibakkan tanaman depan teras rumah, guna dapat melihat pemandangan tubuh Citra lebih dekat.

“Ehh… Boorr… Lihat nggak….?” Tanya Dylan tiba-tiba sambil menyibakkan tanaman penisah teras lebih lebar lagi.

“Apaan…?”

“Lihat tuh memek…. ” Bisik Dylan, “Kok mengkilap ya….?”

“Eh iya…. “

“Basah tuh Boor….” Seru Nando

“Basah….?”

“Iya… Tuh… Lihat…. Ditepi celana dalem Tante Citra seperti ada lendir-lendirnya…”

“Waaah… Dia sange Booorrr…. ” Jawab Johan, “Tante Citra pasti lagi sange….”

“Anjriiiitttt…. Jadi beneran pengen ngentotin tuh MILF gw Booorr….” Bisik Dylan, “Tante…. Memeknya Dylan sodok pake kontol Dylan yaaa….” Tambahnya lirih.

“Iya Booorr… Gw juga pengen…. Pasti rapet banget tuh memek…. Legit….” Bisik Nando dan Johan hampir berbarengan.

“WOI WOOOI WOOOIII….. Pada ngapain kalian bertiga jongkok-jongkok aneh begitu…?! ” Tanya Ciello lantang sambil menimpuk ketiga temannya dengan biskuit yang ada diatas meja. “Kalian semua sedang ngintipin mama gw ya…?”

“Eh….. Ngintipin..? Enggak kok… Enggak…” Jawab Dylan Nando dan Johan hampir berbarengan.

“Kalo nggak ngintipin… Ngapain juga kalian bertiga disitu….?”

“Eh… Ini… Lagi ngeliat taneman….”

Karena penasaran, Ciello segera berjalan menuju mereka. Dan benar. Disitu ia dapat melihat pemandangan tubuh ibunya yang dapat dengan mudah terlihat keseksiannya. “Aaaahhh… Kampret… Bilang ngeliat taneman…. Taneman apa yang bikin kontol lo-lo pada ngaceng semua heee….?” Omel Ciello, “Bilang aja lo semua ngintipin Mama gw….”

“Hehehehe… Maaf Booorr… Habisan Mama lo cantik banget….” Jawab Nando cengengesan.

“Iyaaa… Mama lo seksi beneerrr….” Balas Dylan.

“Enak banget deh lo punya mama seseksi Tante Citra….” Iri Johan

“Aaah… Udah-udah… Nggak usah ngebahas Mama gw… Ini kalian jadi sepedahan nggak..?”

“Eh I.. Iyalah… Jadi Boorrrr…”

“Yaudah kalo jadi… Ayo buruan jalan…” Ucap Ceillo sambil berjalan kehalaman dan memutar kearah garasi.

Melihat Ciello menghilang, lagi-lagi ketiga teman Ciello itu melanjutkan acara mesumnya. Berusaha mengintipnya tubuh seksi Citra sekali lagi.

Namun, sebelum sempat mereka mengintip, Ciello sudah keluar dari garasi.

“WOOOIIII…. KAMPREEETT…. AYO BERANGKAT…..” Panggil Ciello sambil menuntun sepedanya keluar dari halaman rumah. “KALO MASIH NGINTIPIN MAMA GW…. GW ANCUR-ANCURIN INI SEPEDA….” Serunya lagi sembari menabrak-nabrakkan sepedanya kearah sepeda ketiga teman mainnya.

“Iya… Iyaaaa…..”

Melihat emosi putra semata wayangnya, Citra pun kaget. “Heeeehhh… Cielloooo… Pagi-pagi udah bikin ribut aja Sayang….?”

“Si kunyuk-kunyuk itu ngintipin Mama….”

“Haaah…. Mereka ngintip….?” Tanya Citra kearah ketiga teman Ciello.

“Enggak tante…. Kami nggak ngintip kok….”

“Aaaahh kunyuk…. Nggak ngintip tapi kontol lo-lo pada ngaceng semua….” Ketus Ciello.

“Huuusssh…. Ciellloooo… Nggak boleh bilang gitu ah…..” Ucap Citra sembari buru-buru memeluk tubuh putranya erat. Membuat payudara bulat besarnya juga menangkup dan ikut memeluk tangan kiri Ciello. Membuat iri ketiga temannya.

“Aaah… Mama… Risih aaah….” Gerutu Ciello

“Heeeeehhh… Biarin risih…. Yang jelas…. Anak Mama…. Nggak boleh berkata kasar seperti itu yaaaa….” Tambahnya lagi sambil terus mengusap punggung Ciello.

“HHhhhhhhhh….. Iye Mamaaa…. ” Jawab Ciello sambil menarik nafas panjang, “Udah ya Mama Cantiiikkkk…. Ciello mau sepedahan dulu….” Jawab Ciello yang buru-buru mengamit tangan Citra dan menciumnya pelan.

“Heh… Kunyuk… Ayo berangkat….” Ajak Ciello kearah ketiga temannya.

“Eh … I…. Iya bentar… ” Jawab mereka bertiga bingung.

“Mau ngapain lagi sih….?” Sewot Ciello.

“Mau pamitan dulu Booorr…” Jawab Dylan sambil buru-buru mengamit tangan Citra dan menciumnya pelan. Diikuti oleh Johan dan Nando yang juga melakukan hal serupa.

“Sebelum naik sepeda… Benerin dulu itu kontol kalian….” Saran Ciello singkat, “Jangan dibikin ngaceng mulu….”

“Huuusshh… Ciello…. Omongannyaaa….” Tegur Citra, “Jangan marah ya kalo maen ama Ciello…. Anaknya memang cemburuan seperti itu….” Tambah Citra sembari melirik kearah tonjolan yang masih terlihat di selangkangan Nando, Dylan dan Johan.

“Iya Tant… Kami udah biasa kok….” Jawab Nando.

“Yaudah…. Sekarang kalian benerin dulu itu tit…. Eh…. Emmmm…. Kontolnya…. ” Ucap Citra pelan, “Khan nggak enak kalo ngegenjot sepeda sambil ngaceng seperti itu…. Berasa ada yang ngeganjel khan ya…. ? Hihihihi….”

“Iiihh… Mama Apaan sih….?” Protes Ciello.

“Hehehe…. Iya..Tant…. ” Jawab mereka bertiga kompak sambil tak malu-malu memasukkan tangannya kearah celana mereka. Merogohmembetulkan posisi batang penis mereka yang masih mengeras tegang.

“Eeeh… Kamu juga sayang…. ” jawab Citra sembari bergerak ke belakang tubuh Ciello, lalu dengan santai memasukkan tangan mulusnya ke selangkangan Ciello, ” Kamu juga harus benerin dulu tuh kontolnya Cielloooo…. Biar kontol kamu… Nggak ketekuk-tekuk pas ngegenjot nanti…”

“Iiihhss Mama…. Ngapain ihh pake ngebenerin kontol Ciello segala….”

“Hihihi… Itu tanda kalo Mama perhatian ama kamu Sayaaang….”

“Perhatian mah nggak sampe segitunya juga kali Maaaa….” Jawab Ciello yang membalas perlakuan Citra, ia menjulurkan tangannya kebelakang tubuh Citra yang masih menempel ke punggungnya dan meletakkan di kedua buah pantat ibunya. Lalu tanpa basa-basi, Ciello menarik maju tubuh Citra hingga menabrak kedepan. Ciello yang ditubruk Citra dari belakang buru-buru menempelkan punggungnya ke payudara besar Citra sembari meremas kuat-kuat kedua buah pantat ibunya itu.

“Iiihhhh….. Sayaaanggg…. Sakit aaah…..” Ucap Citra manja sembari mencubit-cubiti pinggang putranya.

“Udah-udah… Kalo becandaan mulu ama Mama… Nggak berangkat-berangkat ini aku….” Seru Ciello yang segera melepaskan diri dari dekapan Citra. “Yuk Borr.. Kita jalan….” Tambah Ciello.

Alih-alih mendapatkan jawaban dari Nando, Dylan ataupun Johan, Ciello hanya mendapatkan reaksi mematung dari ketiga temannya.

“Haaaaaahhhhh….” Seru mereka bertiga dengan wajah melongo kaget.

“Hihihihi…. Ternyata kalian semua tuh lucu-lucu ya…?” Jawab Citra sembari tertawa renyah, “Udah-udah… Sana buruan jalan…. Ntar malah kesiangan loh…”

“WOOOIIY KAMPREET… AYO JALAN….” Teriak Ciello kencang kearah ketiga temannya.

“Eehh.. Iya.. Iya… Yuk….” Jawab mereka bertiga kaget, “Eh.. Mari tante… Kami jalan dulu yaaa….”

“Hihihi….Iyaa…. Hati-hati naek sepedanya ya sayang….”

“Iya Mamaaaaa Caaantiiiiikkkkk…. ” Jawab Ciello, Dylan, Nando dan Johan hampir berbarengan.

Demikian artikel tentang cerita Keluarga Edan Gila Sex Ibu Macam Perek Jalanan, Anaknya Kayak Lonte Binal Gila Kontol Part 5.
ABG BISPAK TELANJANG, BOKEP INDONESIA, cerita ABG, cerita bokep dewasa, cerita bokep hot, cerita bokep indonesia, cerita bokep mesum, cerita bokep seks, cerita bokep terbaru, cerita dewasa, cerita dewasa indonesia, cerita dewasa terbaru, Cerita Eksebionis, Cerita Janda, cerita mesum, Cerita Mesum Dewasa, cerita mesum hot, cerita mesum indonesia, cerita mesum panas, cerita mesum terbaru, cerita mesum terkini, CERITA NGENTOT JANDA, CERITA NGENTOT PEMBANTU, CERITA NGENTOT PERAWAN, cerita panas, cerita panas terbaru, cerita seks dewasa, CERITA SEKS INDONESIA, cerita seks panas, CERITA SEKS SEDARAH, cerita seks terbaru, CERITA SELINGKUH, cerita sex, cerita sex dewasa, Cerita Sex Indonesia, Cerita Sex Panas, cerita sex terbaru, CERITA SKANDAL, CERITA TANTE GIRANG, CEWEK TELANJANG, FOTO BUGIL, TANTE GIRANG, TOKET GEDE MULUS

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *