Wed. Nov 6th, 2024

Rintangan di Jalur Nafsu Keserakahan Sang Ayah Rela Mengorbankan Tubuh Anaknya – Pak Wijaya adalah seorang pengusaha yang kaya raya di daerahnya. Usianya relatif muda, 46 tahun, kalau dibanding dengan kesuksesannya. Kesuksesannya selain disebabkan oleh naluri bisnisnya yang handal serta keuletannya juga karena kehebatannya menjalin hubungan dengan bapak-bapak pejabat yang memegang peran kunci untuk proyek-proyeknya. Memang bisnisnya adalah sebagai kontraktor untuk proyek-proyek pemerintah.

Pejabat paling penting di instansi terkait yang paling berpengaruh terhadap kesuksesan atau kegagalan bisnisnya adalah Pak Heru. Ia selalu berusaha mendekati Pak Heru, namun sejauh ini Pak Heru, walau baik kepadanya, namun bersikap “menunggang banyak kuda.” Kelebihan Pak Wijaya dalam hal melobi Pak Heru adalah usianya kurang lebih sama dan hobi mereka sama-sama doyan perempuan.

Sering mereka pergi bersama-sama ke klab-klab malam eksklusif atau menginap di hotel-hotel berbintang lima. Sebagai pengusaha yang licin dalam hal melobi, Pak Wijaya juga men-servis banyak hal menyangkut kehidupan pribadi Pak Heru, mulai dari mencarikan sopir pribadi, membiayai instalasi car audio anak sulungnya, sampai (tentu saja) dalam hal cewek. Ia telah paham mengenai tipe cewek-cewek high-class kesukaan Pak Heru.

Tidak hanya cewek dalam negeri saja yang pernah disuguhkan, namun juga cewek-cewek import dari berbagai negara. Pak Heru sendiri sebenarnya telah berumah tangga selama dua puluh tahunan lebih. Namun dasar bandot tua, istrinya yang sudah stw dan keluarganya tak terlalu diperhatikannya.

Meski sukses sebagai pengusaha, namun kehidupan rumah tangga Pak Wijaya tidak sesukses bisnisnya. Ia menikah dalam usia yang relatif muda, 22 tahun, namun hanya bertahan 2 tahun saja. Setelah itu kawin cerai beberapa kali dan kini ia hidup menduda dalam lima tahun terakhir ini. Disamping kawin cerai ia juga menjalin banyak affair dengan sejumlah wanita. Yang unik adalah beberapa tahun kemudian ia kembali menjalin affair dengan bekas istri pertamanya meski pada saat itu ia sedang mempunyai seorang istri sah.

Dari hasil affair dengan istri pertamanya itu, ia mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Meliany atau kalau di rumah biasa dipanggil A-mei. Usia A-mei kini 19 tahun dan telah menjadi seorang gadis dewasa. Kulitnya yang putih dan wajahnya yang cantik mengundang daya tarik yang tinggi terhadap para cowok.

Ia sedang duduk kuliah tahun pertama. Di kampus, ia termasuk cewek beken. Bahkan sewaktu orientasi studi, baru beberapa hari masuk saja, ia telah menjadi bahan pembicaraan terutama diantara para cowok. Maklumlah karena disamping cakep dan mempunyai daya tarik tinggi, orangnya juga easy-going. Ditambah lagi anak seorang pengusaha kaya.

Karena terlalu sibuk dengan bisnisnya, Pak Wijaya jarang sekali meluangkan waktu dengan putrinya. Dan sebagai kompensasinya ia sangat berlebihan dalam memberikan hal-hal material kepadanya. Akibatnya A-mei tumbuh menjadi cewek yang agak cuek dan suka semaunya sendiri. Bahkan omongan papanya pun tidak digubrisnya. Malah seringkali justru papanya yang takut dengannya. Itulah akibat karena terlalu dimanja namun kurang perhatian.

Pada suatu hari, terjadi hujan badai yang menyebabkan banjir besar di banyak tempat di dalam kota. Akibatnya petang itu, sepulang dari kunjungan kerja di daerah, Pak Heru tertahan 2 jam di bandara karena sopirnya tak bisa menuju kesana. Akhirnya ia menelpon Pak Wijaya dan berharap agar Pak Wijaya bisa membereskan ketidaknyamanan yang terjadi pada dirinya saat itu.

Memang sebelum-sebelumnya Pak Wijaya selalu mampu membereskan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti ini. Namun malam itu sepertinya ia menemui jalan buntu, karena tidak ada kamar hotel yang memadai yang masih kosong. Akhirnya, Pak Wijaya menawarkan untuk menginap di rumahnya yang besar dan mewah. Kebetulan lokasi rumahnya tidak terlalu jauh dari bandara.

Sebenarnya kalau tidak terpaksa ia tidak terlalu suka mengundang Pak Heru menginap di rumahnya, terutama karena ada puterinya yang telah menginjak umur dewasa itu. Ia tidak ingin mendekatkan putrinya ke lingkungan bisnis yang tidak bersih apalagi dengan Pak Heru yang doyan main perempuan itu. Namun kali ini ia tidak punya pilihan lain.

Apalagi di saat seperti ini dimana sedang ada proses tender sebuah proyek besar, yang kalau goal bakal memberikan keuntungan finansial yang jauh lebih besar dibanding proyek-proyek sebelumnya. Dalam kondisi seperti sekarang, tentu adalah suatu tindakan bunuh diri kalau ia tidak menolong Pak Heru disaat dalam kesulitan. Sebelumnya Pak Heru pernah bertemu dengan A-mei dua kali. Namun dalam suasana yang sekedar basa-basi di tempat yang banyak orang dan itu pun cuma sebentar.

Setelah perjalanan lebih kurang satu jam, sampailah Pak Heru di rumah Pak Wijaya. Sehabis mandi dan menaruh kopor di dalam kamar yang akan ditinggali malam itu, mereka berdua makan malam bersama. Sehabis makan malam, terjadi insiden kecil yaitu ketika Pak Heru yang akan menuju ke kamar mandi secara kebetulan berpapasan dengan A-mei yang baru keluar dari kamarnya.

Melihat A-mei seketika wajah Pak Wijaya jadi merah padam, karena saat itu A-mei mengenakan daster rumah dari bahan yang agak tipis tanpa memakai bra. Nampak jelas tonjolan kedua putingnya di balik daster yang tipis itu. Namun oleh karena sudah terlanjur, mau tak mau dikenalkannya A-mei kepada Pak Heru. Dengan seolah-olah seperti tidak terjadi apa-apa diajaknya bicara gadis muda itu. Tentu sambil matanya tak menyia-nyiakan pemandangan indah di depannya itu.

Pak Wijaya hanya dapat tersenyum kecut saja dengan kejadian itu. Dalam hati ia agak geram dengan A-mei. Padahal sebelumnya, ia telah memberitahu mengenai kedatangan Pak Heru. Malah ia menganjurkan supaya lebih baik tidak keluar dari kamarnya. Dan kini terbukti kalau omongannya tidak digubrisnya.

Sejak kehadiran A-mei, Pak Heru jadi bergairah, matanya berbinar-binar melihat kecantikan dan kebeliaan A-mei, serta daya tarik femininnya secara keseluruhan. Daster hijau muda yang dikenakan A-mei memang sangat cocok dipakainya dan pas dengan kulitnya yang putih, membuat dirinya nampak cantik menarik. Ukuran payudara A-mei termasuk kecil, boleh dibilang dadanya termasuk ‘rata’.

Mungkin itu sebabnya kalau di rumah ia kadang suka tidak memakai bra. Meski payudaranya kecil namun putingnya cukup menonjol, sehingga nampak jelaslah tonjolan kedua puting payudaranya di balik sekedar kain daster yang tipis. Dan disaat membelakanginya, di bawah rambutnya yang sebahu, nampak jelas tidak ada tali bra atau kaus dalaman di punggungnya. Yang terlihat menerawang justru celana dalam di balik dasternya yang terlihat karena perbedaan warna dengan kulitnya. Tentu hal ini semua tak lepas dari penglihatan Pak Heru.

Sementara Pak Wijaya saat itu merasa tak nyaman dan serba salah dengan kehadiran A-mei di dekat mereka. Ia tahu benar kesukaan Pak Heru adalah tipe-tipe cewek oriental seperti A-mei begini. Telah cukup banyak cewek-cewek seumuran putrinya yang disuguhkan ke Pak Heru demi kelancaran proyeknya.

Kini sepertinya ia kena batunya karena tentulah saat itu Pak Heru jadi terangsang terhadap putrinya! Namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena sungguh tak sopan kalau ia bersikap terlalu intrusif apalagi di depan tamu pentingnya. Tak lama setelah itu A-mei balik masuk ke kamarnya lagi sehingga hatinya agak lega karena terlepas dari suasana yang serba salah itu.

Sebenarnya, belakangan ini diam-diam Pak Wijaya juga sering merasa terangsang oleh putrinya, terhadap cara berpakaiannya, sikapnya, dan daya tarik seksualnya. Apalagi kalau putrinya itu lagi ingin mendapatkan sesuatu dan bersikap manja terhadap dirinya dengan memegang tangannya dan mendekatkan tubuhnya ke dirinya. Ia merasakan harumnya aroma tubuh serta hangatnya tubuh gadis yang telah tumbuh menjadi dewasa itu.

Dan tidak jarang ia melihat payudara putrinya di balik bajunya yang tipis atau dikala putrinya sedang menunduk dikala memakai kaus longgar dengan belahan dada rendah. Ia tidak merasa bersalah akan hal ini selama ia tidak berbuat tak senonoh terhadap putrinya. Menurutnya itu adalah wajar karena putrinya mempunyai daya tarik seksual yang tinggi.

Dan rasa tak bersalahnya itu menjadi makin kuat setelah akhirnya ia menyadari kalau A-mei sebenarnya bukan anak kandungnya. Memang istrinya dulu sering berbuat affair dengan banyak lelaki selain dirinya. Mengetahui kalau Pak Wijaya sangat mendambakan anak dan saat itu adalah orang yang bisa memberikan uang paling banyak kepada dirinya, maka dikaranglah cerita bahwa bayi yang dikandungnya itu adalah anaknya.

Sehingga selama ini Pak Wijaya secara regular selalu membiayai ongkos hidup mereka. Hal itu terjadi sampai akhirnya mantan istrinya sendiri yang membocorkan rahasia itu. Semenjak berhasil menggaet dan menjadi peliharaan orang kaya dari Hongkong yang jauh lebih kaya dari Pak Wijaya, mantan istrinya itu tidak merasa perlu menjaga hubungan dengannya. Akhirnya ketika terjadi sebuah pertengkaran mulut yang meningkat menjadi sangat emosional, tanpa dapat dicegah lagi keluarlah pernyataan yang sebenarnya dari mantan istrinya.

Sejak beberapa tahun terakhir ini sebenarnya ia mulai curiga. Karena semakin dewasa A-mei, semakin jauh kemiripannya dengan dirinya. Dan kecurigaannya itu pada akhirnya terbukti. Namun kini publik luas telah terlanjur menganggap bahwa A-mei adalah putrinya. Untuk menjaga reputasinya dengan tidak membuat berita skandal baru, maka ia memutuskan untuk tetap mengakui A-mei sebagai anak dan membiayai seluruh kebutuhannya. Namun ia semakin kurang meluangkan waktu dengan A-mei dan tidak terlalu ngurusin kehidupan pribadinya.

Insiden malam itu justru ternyata memunculkan suatu ide brilyan di dalam benak Pak Wijaya. Apabila ide ini dijalankan pada momen yang pas, ia bisa mendapatkan keuntungan ganda, yaitu mendapatkan keuntungan finansial yang besar sekaligus membalas dendam terhadap penipuan yang dilakukan terhadap dirinya selama bertahun-tahun.

Caranya yaitu dengan mengumpankan A-mei secara halus dan diam-diam kepada Pak Heru, kroninya itu! Apabila telah “memakan” A-mei, tentu Pak Heru jadi tak enak hati terhadapnya, sehingga besar kemungkinan ia mendapat proyek-proyek besar berikutnya. Sementara dengan statusnya sebagai “ayahnya”, tentu tidak ada seorang pun yang akan menyangka bahwa ia adalah Master Planner dari rencana busuk itu. Bahkan tidak akan ada orang yang tahu karena hal itu akan diatur terjadi di dalam rumahnya.

But that’s the story for another time because nothing happened that night.
Semenjak malam itu, telah beberapa kali Pak Heru mampir ke rumah Pak Wijaya atas undangannya menikmati masakan bikinan Mbok Yem yang rasanya sangat sesuai dengan lidah Jawa seperti Pak Heru. Kini A-mei menjadi semakin kenal dekat dengan Pak Heru. Apalagi dalam beberapa kesempatan, Pak Wijaya sengaja menarik diri sehingga ada banyak kesempatan mereka untuk saling bercakap-cakap sendiri.

Weekend itu, Pak Heru kembali datang ke rumah karena diundang makan malam oleh Pak Wijaya. Saat Pak Heru sedang duduk bercakap-cakap dengan Pak Wijaya, ia melihat A-mei yang baru keluar dari kamarnya. Ia mengenakan kaus tank-top ketat warna pink dengan belahan dada rendah serta celana sport putih yang, yah, benar-benar pendek.

Lekukan bagian atas payudaranya nampak jelas terbuka sementara payudaranya yang kecil tapi sexy terbungkus oleh bra dibalik kaus tank-top nya yang nampak menonjol. Ia memakai bra berwarna biru tua, terlihat dari tali bra di bahunya. Kontras sekali dengan kulitnya yang putih. Sementara celana pendeknya menampilkan sebagian besar pahanya yang putih mulus.

“Oom Heru hari ini nginap disini lagi ya? Sebentar ya Oom, A-mei mau pake treadmill yang ada di kamar yang nanti Oom pake. Oom masih mau ngobrol sama Papi dan nggak buru-buru mau masuk kamar khan?”
“Ini anak, bukannya olahraga dulu dari tadi. Khan Papi tadi sudah bilang kalo Oom Heru mau datang hari ini. Jadi mengganggu orang yang ingin istirahat saja.”

“Ooh, nggak apa-apa kok. A-mei pake saja treadmill-nya dulu. Oom belum mau masuk ke kamar kok,” kata Pak Heru dengan mata berbinar-binar.
“Papi gimana sih. Tuh, Oom Heru aja nggak keberatan kok.”
“Ya udah, kalau mau olahraga buruan sana.”

“Kalau gitu kita ngobrol dulu aja. Nanti kita makannya sama-sama, tunggu A-mei selesai olahraga. Apalagi biasanya habis olahraga khan jadi lapar.”
“Iya, betul Oom. Ya udah A-mei olahraga dulu ya,” katanya sambil membalikkan badan. Nampak pantatnya menonjol dibalik celana putihnya yang super mini itu.

Sementara A-mei berolahraga, kedua pria setengah baya itu ngomong ngalor-ngidul, mulai dari proyek-proyeknya, masalah mobil, uang, sampai, tentu saja, masalah cewek.

Setengah jam kemudian, A-mei telah selesai berolahraga. Bajunya basah melekat ke tubuhnya yang penuh dengan keringat. Mukanya kemerahan. Dadanya naik turun karena napasnya terengah-engah.
“Wah, dari tadi ngobrol terus, ngobrolin apaan sih? Kok kayaknya asyik banget.”
“Papi ngomongin bisnis sama Oom Heru. Ayo, kamu mandi dulu, nanti kita makan bersama.”

“Wah, habis olahraga nggak boleh langsung mandi. A-mei ikutan ngobrol bentar ya. Supaya ngerti bisnis juga,” kata A-mei sambil duduk di samping Pak Wijaya.
Sementara mereka bercakap-cakap, Pak Heru semakin berbinar-binar memandangi wajah cantik dan tubuh indah A-mei yang basah oleh keringat itu.
Sampai tak lama kemudian, akhirnya A-mei meninggalkan mereka untuk mandi.

Petang itu, mereka makan bersama. Saat itu A-mei memakai baju rumahan dari kain yang halus dan tipis yang terdiri dari baju atasan dan rok dengan corak yang sama. Kali ini tentu ia memakai bra. Setelah ngobrol beberapa saat, akhirnya Pak Wijaya mohon diri.

“Wah, sorry nih, friend, gua istirahat dulu ya. Kepala gua rada pusing nih. Ngobrolnya diterusin aja dulu. A-mei, nanti kalo sudah selesai, suruh Mbok Yem beresin meja makan ya. Oom Heru adalah tamu kita malam ini, kalo dia perlu apa-apa, kamu bantu juga. Papi mau masuk kamar dulu.”

“Yah, Papi. Padahal ngobrolnya lagi seru-serunya nih.”
“Kepala Papi lagi kumat peningnya. Ya udah kamu ngobrol dulu aja sama Oom Heru. Tapi nanti tidurnya jangan terlalu malam ya.”

Malam itu…
Pak Heru tiduran di kamarnya. Pikirannya dipenuhi oleh A-mei sampai-sampai penisnya menegang dengan keras. Yah, saat itu ia sedang terangsang hebat oleh A-mei. Terutama setelah ia bercakap-cakap berduaan denganya.

Semenjak Pak Heru sering datang ke rumah, A-mei menjadi semakin akrab dengannya. Akrab bukan dalam arti cinta namun lebih sebagai figur seorang ayah atau kakak laki-laki yang selama ini sangat kurang didapatkan dari ayahnya sendiri. Baginya, Pak Heru adalah orang yang bisa dipercaya, mempunyai pengalaman banyak, menyenangkan dan enak diajak bicara. Kini ia semakin akrab sehinga sering membahas hubungan dengan cowoknya kepadanya dan kini sentuhan-sentuhan fisik kecil disaat mereka berdua berinteraksi sudah bukan hal yang aneh lagi.

Namun bagi Pak Heru, hal itu tentu diartikan berbeda, karena pikirannya (seperti umumnya cowok) lebih berorientasi ke seks. Seringkali pikirannya bercabang, antara rasa respek terhadap temannya dan putrinya dengan hasrat seksual terhadap putri temannya itu. Hal itu membuatnya makin terobsesi terhadap A-mei.

Namun, sudah tentu ia tidak bisa mengatakan terus terang kepada Pak Wijaya. Walaupun selama ini Pak Wijaya selalu memenuhi keinginannya, namun tentu ia tidak akan mengorbankan kehormatan putrinya sendiri. Memikirkan kecilnya kemungkinan untuk itu, ia jadi semakin terobsesi untuk mendapatkannya.

Untuk menghilangkan keruhnya pikirannya itu, ia keluar dari kamarnya untuk berjalan-jalan. Saat itu seluruh ruangan sudah gelap. Lampu kamar Pak Wijaya juga sudah gelap. Namun kamar A-mei masih terang dan terdengar suara musik dari dalam. Terjadi pergolakan batin pada dirinya sebelum akhirnya setan di benaknyalah yang menang.

Mumpung lampu kamarnya masih menyala, pikirnya, kalau nggak sekarang kapan lagi. Ia mengetuk pintu kamar A-mei. Tak lama, A-mei membuka pintunya. Ia masih memakai baju yang sama, namun ia tidak memakai bra.
“A-mei, sorry ya. A-mei belum tidur khan. Oom mau minta tolong, gimana ya cara jalanin treadmill. Besok pagi-pagi Oom mau olahraga juga,” katanya mengada-ada.

“Ooh, gampang, Oom. Tinggal dinyalain aja tombol powernya, lalu timer dan kecepatannya di-set.
“Nah, itu yang Oom nggak gitu paham. A-mei bisa tolong tunjukin sebentar.”
“OK, Oom. Nggak masalah.”

“Nah, gini nih, Oom. Cara pakainya.”
(Sementara itu terdengar suara pintu kamar yang tertutup secara otomatis)
“Wah, terima kasih deh. Untung ada A-mei yang ngajarin. Oom minta maaf ya ngeganggu A-mei malem-malem.”

“Ah, nggak apa-apa kok Oom. A-mei juga masih belum tidur.”
“Biasa A-mei tidur jam berapa?”
“Nggak tentu Oom. Biasanya antara jam 12 – 1. Kadang A-mei minta Mbok Yem mijitin. Kalo habis dipijitin gitu, badan jadi enak, jadi A-mei tidur lebih cepat.”

“Jadi malam ini tidur agak malam karena nggak dipijit Mbok Yem?”
“Nggak juga, Oom. Soalnya A-mei masih ngecek email sambil dengerin musik. Tadi sebenarnya memang A-mei pengin minta Mbok Yem pijitin. Tapi A-mei lupa bilang tadi, gara-gara keasyikan ngobrol. Jadi Mbok Yem Keburu tidur. “

“Wah, Oom jadi nggak enak nih. Gara-gara ngobrol sama Oom, A-mei jadi nggak bisa dipijitin sama Mbok Yem. Sebagai gantinya, gimana kalau sekarang Oom yang mijitin A-mei?”
“Wah, nggak bisa Oom.”
“Lho, kenapa?”

“Soalnya…soalnya, biasanya kalo dipijitin Mbok Yem, A-mei nggak pake baju,” katanya sambil tertunduk malu.
“Lho ya bajunya nggak perlu dibuka dong,” katanya sambil memegang rambut A-mei. “Oom cuman mau pijitin tangan dan punggung kamu sebentar aja kok. Soalnya Oom merasa nggak enak, gara-gara ngobrol sama Oom, kamu jadi nggak bisa dipijitin Mbok Yem. Cuman sebentar aja kok. Hitung-hitung, nebus kesalahan Oom tadi.

Kalo nanti mau udahan, bilang aja sudah cukup gitu. OK? Oom nggak punya pikiran jahat sama A-mei kok. Apa jangan-jangan A-mei takut kalau sama Oom.”
“Bukan gitu Oom. A-mei bukannya takut Oom punya pikiran jahat. Tapi A-mei nggak mau ngerepotin Oom.”
“Ah, nggak kok. Oom nggak merasa direpotin. Ayuk, kamu duduk aja di sini,” katanya sambil langsung mendorong A-mei supaya duduk di ranjang.

Setelah A-mei duduk di tepi ranjang, mulailah kedua tangan Pak Heru meremas-remas dengan lembut kedua bahu A-mei dari belakang. Ia duduk di samping belakang A-mei, sementara kedua tangannya terus meremas-remas bahunya. Paha A-mei makin terlihat karena rok-nya makin terangkat naik karena duduk. Terciumlah aroma yang harum semerbak dari rambut dan tubuh A-mei. Di dalam hati, Pak Heru mengucapkan mantera jampi-jampi yang didapat dari dukunnya yang dipercayai ampuh untuk menaklukkan hati wanita.

Mula-mula A-mei agak tegang namun makin lama makin merasa rileks. Ditambah lagi suasana lampu kamar yang agak redup. Sampai-sampai ia memejamkan mata merasakan pijitan Oom Heru. Mengetahui dari body language A-mei yang semakin rileks, tangan Pak Heru mulai berpindah-pindah, dari bahu ke pundak dan bergerak lagi ke punggung sampai seluruh bagian punggung A-mei telah habis dijelajahinya.

Malah kedua tangannya sempat masuk ke balik bajunya, memijiti punggungnya, merasakan kulit punggungnya yang halus secara langsung tanpa ada tali bra yang melekat di punggungnya. A-mei semakin larut terbuai sampai-sampai ia sedikit mendoyongkan tubuhnya ke belakang dan kepalanya. Sementara Pak Heru semakin berusaha mendekatkan tubuhnya ke tubuh A-mei.

Demikianlah, yang satu mendoyongkan dirinya ke belakang, yang satunya lagi memajukan dirinya ke depan. Sampai akhirnya tubuh A-mei tersandar sepenuhnya ke Pak Heru. Punggungnya betul-betul menempel ke dada Pak Heru. Kemudian Pak Heru mendekatkan wajahnya ke rambut A-mei, lalu mendekatkan kepalanya ke samping kepala A-mei. Sehingga pipinya menempel ke pipi A-mei. Sementara A-mei tetap memejamkan matanya. Menikmati kelembutan dan mesranya pijitan Pak Heru.

Pak Heru kini menciumi rambut A-mei yang harum, lalu mencium belakang telinga, pipi bagian bawah, pipi bagian atas, mencium rambut di dekat telinganya. Sementara tangannya mulai turun ke bawah, meraba-raba seluruh bagian kedua tangan A-mei, membelai rambutnya. Kemudian ia menggeser tubuh A-mei dan tubuhnya sendiri, membuatnya kini berhadap-hadapan.

A-mei telah membuka matanya. Pak Heru mengecup kecil bibir A-mei untuk mengetahui reaksi A-mei. Melihat yang dicium diam saja, Pak Heru segera menciumi bibir A-mei dengan hangat yang kemudian dibalasnya dengan hangat pula. Beberapa saat lamanya mereka berdua larut saling berciuman, saling berpagutan.

Kemudian tangan Pak Heru masuk ke dalam baju A-mei, meraba-raba pinggang dan perutnya, namun tak lama kemudian kedua tangannya merayap naik ke atas untuk menyentuh payudaranya. Di dalam baju A-mei, kedua telapak tangan Pak Heru bergerilya sampai akhirnya menempel ke payudara A-mei, meraba-rabainya dan memainkan kedua putingnya yang berdiri tegak dan sensitif itu.

Saat itu baju A-mei telah setengah terbuka karena terbawa naik ke atas oleh gerakan tangan Pak Heru, sehingga bagian pinggang dan perutnya telah terbuka. Namun A-mei sudah tidak mempedulikan itu karena kini ia hanya melenguh sambil memejamkan matanya.

Dengan mendorong keatas kedua tangannya yang telah berada di dalam baju A-mei, secara otomatis baju A-mei ikut terangkat pula sampai kini kedua payudaranya telah terbuka. Pak Heru meneruskan meloloskan bajunya keluar dari kedua tangan dan kepalanya sampai baju atasannya benar-benar terlepas dari badan A-mei.

Pak Heru menjatuhkan baju itu ke lantai sementara matanya memandangi tubuh A-mei yang setengah telanjang itu. Fokusnya tentu ke kedua payudara A-mei yang walaupun tak begitu besar namun nampak begitu indah. Kedua putingnya yang mungil namun menonjol berdiri dengan tegak.

Putingnya yang berwarna kemerahan nampak begitu segar dan kontras dengan kulitnya yang putih. Bagaikan ice-cream vanilla dengan dua buah ceri yang ditaruh diatasnya. Begitu menantang untuk dikulum dan dihisap-hisap. Dan itulah yang akan dilakukan Pak Heru.

A-mei, yang sebelumnya tidak mau dipijit Pak Heru karena takut dibuka bajunya, kini malah dengan sukarela membiarkan bajunya dilepas oleh Pak Heru. Sementara Pak Heru kini menciumi bibir A-mei yang merah, seperti merasakan nikmatnya strawberry yang masih segar.

Setelah itu mulutnya turun ke bawah ke dada A-mei. Mula-mula menjilati payudara putih A-mei, kemudian menuju ke tengah melingkari putingnya. Dan akhirnya dikulumnya bergantian kedua puting kemerahan milik A-mei itu bagaikan mengemut buah ceri. Dan dimainkan lidahnya menggerak-gerakkan puting A-mei yang sensitif itu di dalam mulutnya. A-mei menjadi sangat terangsang sampai-sampai kini ia mulai mendesah-desah keenakan.

Karena memang payudaranya apalagi bagian putingnya adalah bagian sensitifnya. Dan masih ditambah lagi kedua tangan Pak Heru yang meraba-raba punggungnya yang telah telanjang itu. Dengan cekatan, diam-diam Pak Heru membuka kancing di belakang rok A-mei dan retsleting di bawahnya sebisanya sampai maksimal.

Dan disaat Pak Heru merebahkan diri di ranjang dan menarik kedua tangan A-mei, sehingga tubuh A-mei terbawa olehnya, melorotlah rok daster yang dikenakan A-mei. Sehingga kini nampaklah celana dalam mini merah muda yang nampak kontras diantara kedua pahanya yang putih mulus dan serasi dengan warna kedua puting payudaranya.

Celana dalamnya yang mini pas menutupi bulu kemaluannya. Sementara A-mei yang telah semakin terangsang menjadi semakin berani. Dilepasnya roknya yang telah melorot itu supaya tidak mengganggu gerakannya. Lalu sepasang tangannya yang mungil membuka tali pengikat baju tidur Pak Heru dan membukanya. Sehingga nampaklah kulit tubuh telanjang Pak Heru yang coklat sawo matang. Nampak tonjolan besar di balik celana dalamnya.

Kini giliran A-mei yang mengambil inisiatif. Mulutnya yang mungil segera menuju mulut Pak Heru dan menciuminya dengan liar yang dibalas dengan tak kalah liarnya. Mereka berdua saling pagut memagut. Kemudian mereka melakukan french kissing sementara badan A-mei kini menempel ke dada bidang Pak Heru.

Nampak kontras tubuh A-mei yang putih mulus dengan rambut lurus sebahu warna hitam kecoklatan di atas tubuh Pak Heru yang sawo matang. Pak Heru boleh dikata termasuk jelek tampangnya. Namun badannya tegap dan dadanya bidang. Sehingga cukup kontras dengan tubuh A-mei yang kecil dan langsing. Sementara perut Pak Heru termasuk langsing untuk ukuran pria seumurnya. Mungkin karena itu sehingga cewek seperti A-mei tidak keberatan untuk bercinta dengan Pak Heru.

Setelah puas berciuman, Pak Heru melepas celana dalamnya sendiri sambil matanya tak lepas memandangi tubuh putih mulus A-mei yang hampir telanjang bulat. Di depan matanya ia puas memandangi payudara A-mei. Sementara dari bayangan kaca besar di meja rias, ia melihat punggung A-mei yang telanjang yang putih mulus dengan rambut sebahu. Penisnya yang besar telah berdiri dengan tegaknya.

Maklumlah, melihat cewek secakep A-mei telanjang, cowok mana yang tidak akan terangsang, apalagi dasar Pak Heru bandot tua yang memang penggemar daun muda seperti A-mei begini. A-mei nampak tersipu melihat penis Pak Heru yang berdiri tegak dengan ukurannya yang besar itu.

Penisnya disunat sehingga nampak kepalanya yang besar, sementara batangnya hitam dan berurat dan ditumbuhi bulu kemaluan yang lebat. Namun Pak Heru tak mempedulikan itu dan ia segera melepaskan celana dalam A-mei. Nampak bulu-bulu kemaluannya yang tak terlalu lebat namun indah itu. Sehingga kini keduanya telah telanjang bulat. Ternyata celana dalam A-mei telah basah.

Lalu mereka berpindah posisi. Ditidurkannya A-mei dan kedua kakinya dibuka lebar-lebar. Nampaklah vagina dan klitoris gadis muda belia itu. Inilah makanan lezat kesukaan Pak Heru. Segera tangannya dimainkan di wilayah paling sensitif dan paling rahasia dari A-mei, vaginanya diraba-raba dan dirangsang kemudian jarinya dengan lihainya memainkan klitoris A-mei.

Setelah itu lidahnya menjilati vagina dan klitoris A-mei. Tidak terhadap sembarang cewek Pak Heru mau melakukan ini. Hanya terhadap cewek yang dirasanya bersih dan high class sajalah ia mau melakukan ini. Dan untuk A-mei, ia sama sekali tak berkeberatan. Karena adalah suatu kebanggaan tersendiri untuk berbuat begitu terhadap gadis yang cantik dan baik-baik seperti A-mei.

Ditambah lagi faktor bahwa gadis muda belia di depannya ini adalah putri temannya sendiri. Tentunya adalah suatu sensasi dan prestasi tersendiri untuk bisa bercinta dengan putri teman baiknya di balik punggungnya. Pak Heru adalah orang yang sudah sangat berpengalaman dalam hal sex, sehingga tanpa kesulitan ia bisa menemukan G-spot A-mei dan kemudian merangsangnya dengan hebat.

Sehingga, A-mei yang sebelumnya telah basah, kini dibuatnya semakin basah kuyup. Membuatnya kini mendesah-desah keenakan dan tubuhnya menegang. Sampai-sampai kini kedua kakinya menjepit kepala Pak Heru yang dengan dijepit begitu menjadi semakin hebat menjilati seluruh bagian sensitif vagina A-mei. Akhirnya ia mengalami orgasme hebat dengan sambil mendesah-desah mengeluarkan suara-suara nada tinggi. Membuat seprei di sekitar vaginanya menjadi ikutan basah.

Setelah dipuaskan, kini giliran A-mei “membalas budi”. Ia mengesek-gesekkan punggung Pak Heru yang tidur telungkup dengan tubuhnya sendiri. Payudaranya digunakan untuk “memijiti” punggung Pak Heru. Pak Heru merasakan enaknya saat ujung payudara A-mei menyentuh badannya.

Dadanya yang putih mulus bergesek-gesek dengan punggung Pak Heru yang hitam. Bulu-bulu vaginanya juga menggelitik bagian pantat dan paha Pak Heru. Sementara A-mei juga merasa kegelian terutama di bagian sekitar pahanya yang bergesekan dengan paha Pak Heru yang berbulu lebat.

Pak Heru membalikkan badan dan tidur telentang. Penisnya yang hitam besar berdiri dengan gagahnya. A-mei kembali menggunakan payudaranya untuk “memijiti” muka Pak Heru yang bereaksi dengan menjilati dan mengecupi payudara A-mei. Tangan A-mei yang halus kemudian memegang penis Pak Heru dan mulai mengocoknya. Setelah itu dijepitnya penis Pak Heru yang hitam diantara kedua payudaranya yang putih dan menggesek-gesekkannya.

Bagi Pak Heru, sungguh enak sekali rasanya penisnya dijepit dan digesek-gesek diantara payudara A-mei. Apalagi sesekali kepala penisnya membentur dagu A-mei. Saking enaknya sampai-sampai ia hampir mengalami ejakulasi. Untung sekali ia adalah pria yang punya pengalaman tinggi. Sehingga ia bisa menahan gejolak nafsunya supaya tidak ejakulasi prematur. Tentu adalah suatu kerugian besar kalau ia tidak dapat menikmati tubuh A-mei.

Setelah mengatur gejolak nafsunya menjadi stabil kembali, Pak Heru mulai mengambil inisiatif lagi. Setelah hampir dibuatnya ejakulasi prematur, kini saatnya untuk “memberi pelajaran” kepada gadis ini. Ditidurkan A-mei telentang di ranjang. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar.

Didekatkan penisnya ke vagina A-mei yang terbuka dengan bebas itu. Kemudian didorongnya penisnya masuk ke dalam vaginanya. Agak seret memang tapi akhirnya, bleesss, penisnya berhasil masuk ke dalam sampai akhirnya seluruhnya masuk ke dalam vagina gadis belia ini. Sejenak ia berhenti untuk merasakan betapa bergelora hatinya karena telah berhasil menyetubuhi A-mei, anak gadis Pak Wijaya kroninya itu.

Sungguh hari itu adalah hari hoki baginya. Segera setelah itu ia mengocok penisnya di dalam vagina A-mei, merasakan nikmatnya jepitannya yang rapat. Sementara A-mei juga mendesah-desah merasakan nikmatnya penis Pak Heru yang perkasa menembus dan mengocok vaginanya. Apalagi sambil memompa A-mei, kedua puting A-mei yang kemerahan itu dijilatinya dan dikenyot-kenyotnya.

Lalu A-mei disetubuhinya dalam posisi doggy style. Dikocoknya penisnya di dalam vagina A-mei sampai-sampai seluruh tubuh A-mei dibuatnya berguncang-guncang. A-mei rasanya seperti seluruh tubuhnya digedor-gedor! Tak hanya itu, sekujur punggung dan pinggang mulus A-mei diraba-rabanya dan tak lupa payudaranya diremas-remasnya.

Dari doggy style, kembali A-mei ditelentangkan. Namun satu kakinya diangkat ke atas bahunya. Setelah itu, kembali disetubuhinya A-mei dengan heboh sampai bagaikan terjadi gempa bumi setempat. Sementara A-mei dibuatnya mendesah-desah sambil berteriak-teriak.

Setelah itu, dimiringkan tubuh A-mei, satu kakinya diangkat, dan kembali ditembusnya dan dikocoknya vagina A-mei secara miring dengan penisnya yang hitam perkasa itu. Kembali mereka berganti posisi lagi. Ditelentangkannya A-mei, kedua kakinya diangkat dan dibuka lebar-lebar dan lagi-lagi dimasukkan dan dimainkannya penisnya ke dalam vagina yang terbuka lebar itu.

Karena terus menerus dikocok-kocok dan digedor-gedor dalam posisi yang berbeda-beda begitu, apalagi masing-masing posisi durasinya cukup lama, lama-lama A-mei merasa nggak tahan juga. Ia meminta Pak Heru untuk tidur telentang. Kini giliran dia yang “berolahraga”. Ia duduk di atas Pak Heru.

Dimasukkannya penis Pak Heru ke dalam vaginanya kemudian digoyangnya tubuhnya naik turun sambil mendesah-desah. Payudaranya meski kecil namun bisa naik turun mengikuti gerakan tubuhnya. Badannya jadi basah berkeringat. Rambutnya agak awut-awutan. Kedua tangan Pak Heru langsung merengkuh payudaranya dan meraba-rabainya, memainkan kedua putingnya dengan jari-jemarinya.

Sementara A-mei makin cepat gerakannya dan desahannya juga makin cepat dan pendek-pendek, sampai akhirnya datanglah orgasmenya yang kedua malam itu. Setelah itu gerakannya makin lama makin pelan sampai akhirnya ia melepaskan diri dari Pak Heru dan merebahkan diri ke dada Pak Heru. Tubuhnya terkulai lemas. Napasnya terengah-engah. Badannya telah basah oleh keringat. Padahal kamar itu ber-AC.

Demikianlah A-mei yang sorenya berkeringat karena olahraga lari di tempat, malamnya di dalam kamar yang sama ia kembali berkeringat karena “olahraga duduk di tempat”. Namun bedanya kali ini ia merasa puas sekali.

“Aduuh, Oom. Badan A-mei jadi lemas sekali. Tapi A-mei suka banget deh.”
“Oom juga suka, sayang,” kata Pak Heru sambil membelai-belai rambut A-mei.

Namun, ternyata Pak Heru masih belum “mati”. Dan A-mei baru tersadar akan hal itu setelah merasakan penis Pak Heru masih menegang.
“Lho, Oom masih belum selesai,” serunya, rupanya ia kaget juga akan keperkasaan Pak heru, meski usianya sudah kepala empat.
“Sini, biar kini giliran A-mei yang muasin Oom,” kata A-mei.

Tahu akan maksud A-mei, Pak Heru segera berdiri di atas ranjang. Kemudian A-mei sambil berlutut di depannya dan menghadap Pak Heru, melakukan oral seks. Dengan mulutnya yang mungil, dikulumnya penis Pak Heru, diemut-emutnya dan dijilatinya, terutama kepala penisnya yang disunat itu yang nampak besar.
“OOH, A-mei. Oooh. Teruskan sayang,” katanya sambil kedua tangannya memegang kepala A-mei dan ikut menggerak-gerakkan kepalanya. .

Rupanya A-mei termasuk jago nyepong juga sampai-sampai akhirnya Pak Heru tak dapat menahan lagi.
“Oooh, A-mei, Oom sudah nggak tahan. Oom mau keluar di depan aja.”
Kemudian A-mei melepaskan kulumannya sementara tangannya mengocok-ngocok penis Pak Heru yang masih sangat dekat dengan wajahnya.

Namun hanya selang satu atau dua detik saja, akhirnya….
“Ooohh, croottt, ahhhh, croot croot, ahhhhh, crot crot crot, ahhhh, ahhhhhhhhh.”

Sperma Pak Heru keluar dengan volume yang sangat banyak dengan tekanan yang kuat sampai makin lama makin lemah. Sehingga spermanya membasahi berbagai tempat di wajah A-mei. Bahkan ada pula yang mendarat di rambutnya. Sebagian ada yang menempel di bibirnya. Tangan A-mei masih tetap mengocok penisnya menguras seluruh isinya. Setelah itu dijilati penisnya yang penuh dengan sperma itu sampai akhirnya jadi licin bersih. Sehingga ada sperma yang tertelan olehnya.

Sementara sperma yang sebelumnya mendarat di wajahnya mulai mencair sehingga kini ada beberapa “anak sungai” mengalir turun ke bawah, membasahi leher dan dadanya. Ada yang alirannya kuat, ada pula yang lemah. Ada juga “air terjun” yang begitu sampai ke bagian bawah pipinya langsung jauh ke dada.

Ada aliran “anak sungai” yang mengalir pas sampai ke putingnya. Tangan kanannya yang dipakai mengocok penis Pak Heru juga basah oleh sperma, terutama ibu jari dan telunjuknya. Jarinya itu dilapkan ke tubuhnya. Sehingga kini bagian dadanya menjadi basah dan agak mengkilap karena sperma Pak Heru.

Pak heru benar-benar puas malam itu. Seluruh spermanya benar-benar terkuras habis. Sampai-sampai badannya lemas. Namun ia masih sempat berbincang-bincang dengan A-mei.
“Aduh, A-mei. Kamu benar-benar bikin Oom jadi lemas sekarang. Gila juga kamu ya. Oom nggak pernah nyangka kamu yang masih muda dan kelihatannya alim gini kok bisa seliar ini. Belum pernah Oom ngalami yang kayak gini.

Iiih, coba lihat sekarang kamu jadi belepotan gini,” kata Pak Heru merasa surprise ternyata A-mei yang tampangnya alim itu ternyata bisa seliar ini. Padahal dalam hati ia bangga juga bisa menikmati dan mendapat service luar biasa dari cewek seperti A-mei gini.

“A-mei juga nggak pernah sampai basah semua kayak gini. Oom tadi ngomongnya tiba-tiba sih trus langsung keluar lagi. Begitu keluar ya udah tanggung, diterusin aja. Tapi… ihh, kok keluarnya banyak sekali sih, Oom,” kata A-mei sambil tersipu.

“Hahaha. Soalnya Oom terangsang banget sih sama kamu. Habis kamu betul-betul hot banget tadi. Kamu benar-benar jago nyepong penis. Apalagi sebelumnya Oom nggak pernah mikir bisa make love sama gadis secantik dan se-sexy A-mei gini.”
“Idiih, Oom, bikin A-mei malu aja”, katanya sambil mukanya memerah, “A-mei juga nggak mikir bakalan sampai begini. Abis tadi Oom romantis banget sih,” katanya.

“Tapi tadi gimana, kamu enjoy nggak? Kapan mau gini lagi?”
‘Iih, Oom genit deh nanyanya kaya gitu,” kata A-mei sambil mukanya makin memerah. Di dalam hati ia sangat menikmati permainan dan keperkasaan Pak Heru. Memang sebelum ini ia sudah tidak perawan. Ia telah seringkali make love dengan cowoknya dan juga mantan-mantannya. Namun pengalamannya dengan Pak Heru inilah yang terhebat yang pernah didapatnya.

Tak lama kemudian, A-mei balik ke kamarnya dan ia langsung mandi membersihkan badannya. Karena badannya dan bajunya jadi basah serta lengket-lengket dan bau gara-gara sperma Pak Heru yang ada di tubuhnya. Setelah selesai mandi, badannya menjadi harum kembali. Kemudian tidurlah ia dengan nyenyaknya sambil bermimpi indah.

Sementara Pak Heru juga tak lama kemudian tertidur lelap dengan hati gembira dan rasa bangga yang tak terkira.
Esok paginya, seperti telah diduga, Pak Heru dan A-mei bangun kesiangan. Setelah itu mereka bertiga makan pagi bersama tanpa menyinggung-nyinggung kejadian malam sebelumnya.

Tak berapa lama setelah peristiwa hari itu, Pak Wijaya dengan mulus memenangkan proyek yang diincarnya. Bahkan sejak itu Pak Heru menjadikan Pak Wijaya sebagai “favoritnya” dan selalu memenangkan proyek-proyek besar. Rupanya kini Pak Heru memilih untuk menunggang satu saja, yaitu “menunggang” A-mei.

Pak Wijaya menjadi semakin kaya saja sekaligus berhasil melakukan balas dendam yang manis atas penipuan terhadap dirinya itu. Dan tentu, yang terakhir ini akan tetap menjadi rahasia di dalam keluarganya yang tidak akan dibocorkannya.

Pak Heru, jelas mendapat keuntungan lain yang tak dapat dinilai dengan uang, disamping upeti dari Pak Wijaya tetap mengalir terus seperti biasa. Sejak saat itu, ia jadi makin sering datang dan menginap di rumah Pak Wijaya, tentu tujuan utamanya bukan untuk menikmati masakan Mbok Yem di meja makan, melainkan menikmati layanan A-mei di tempat tidur. Dan Pak Wijaya benar-benar menutup mata dan pura-pura tidak tahu akan hal itu. Sehingga ia menjadi semakin leluasa menjalin hubungan gelapnya dengan A-mei tanpa ada resiko skandalnya ini bakal bocor.

Sementara A-mei kini semakin banyak mendapatkan uang jajan dari ayahnya. Sehingga ia bisa shopping lebih banyak dan semakin berhura-hura dengan teman-temannya. Selain itu, ia juga mendapatkan “nafkah batin” dengan kepuasan tiada tara dari Pak Heru. Walaupun berbeda jauh dengan dirinya, namun ia tak peduli karena telah merasakan sendiri kehebatan Pak Heru di atas ranjang, yang sejauh ini belum pernah didapatkannya dari cowok lain seumurnya.

Sehingga ia tidak berkeberatan untuk tidur sekali lagi dengan Pak Heru, dan lagi, lagi, lagi…. Hal ini dengan leluasa dilakukan di rumahnya tanpa diketahui oleh siapa pun termasuk papinya (dalam sangkaannya). Sehingga ia tak perlu takut rahasia ini bakal terbongkar yang tentu akan merusak citranya sebagai anak gadis.

Demikianlah, sebuah skandal terselubung yang terus berlanjut dan berlanjut walaupun di permukaan seolah tak terjadi apa-apa dan tidak ada seorang pun yang membicarakannya. Dengan semuanya bersikap “tahu sama tahu tapi pura-pura tidak tahu”, pada akhirnya masing-masing orang semuanya mendapatkan keuntungan, bukan hanya satu namun keuntungan ganda.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *